Anak Remaja: Apa Itu? Bagaimana Fase Pertumbuhannya?

Menjadi orang tua tentu memiliki tanggung jawab yang sangat besar dalam hal membesarkan dan mendidik si kecil hingga menjadi anak remaja.

Cara mendidik anak remaja pun tak bisa sembarangan sebab butuh pola asuh khusus agar menjadi pribadi yang baik dalam kehidupannya.

Terkhusus bagi para orang tua dengan anak yang mulai beranjak remaja, pasti sangat sulit untuk menerapkan pola asuh yang sesuai.

Hal ini terjadi karena si anak remaja di usianya tentu sedang rajin–rajinnya untuk mengeksplorasi dan mencari jati diri sesungguhnya.

Oleh sebab itu, orangtua harus tau tahap-tahap perkembangan remaja baik dari segi fisik dan emosionalnya. Mempelajari hal seperti ini diperlukan agar orangtua mampu menghadapi gejolak jiwa muda yang sedang menggebu-gebu dan mengatasinya dengan baik.

Apa Itu Remaja?

Menurut beberapa psikolog, remaja merupakan salah satu periode atau fase transisi dari anak–anak hingga dewasa. Fase transisi tersebut ditandai dengan adanya berbagai perubahan terutama pada fisik seperti tinggi dan berat badan, bentuk tubuh, serta karakteristik seksual.

Dalam laman kemkes.go.id, remaja merupakan kondisi seseorang yang berada dalam rentang usia mulai dari 10 hingga 18 tahun.

Menurut beberapa ahli, pengertian dan rentang usia remaja menurut psikologi bisa didefinisikan sebagai berikut ini:

Hurlock, menyebutkan bahwa istilah remaja berasal dari kata ‘adolensence’ yang memiliki arti tumbuh dewasa. Lebih dalam dijelaskan bahwa dalam fase ini si anak yang beranjak tumbuh mengalami berbagai perkembangan baik secara fisik, mental dan emosional.

Sementara itu, Siti Sundari mendefinisikan remaja sebagai peralihan masa dari anak – anak ke masa dewasa dengan berbagai perkembangan. Fase remaja bagi perempuan dimulai dari usia 12–21 tahun sementara untuk laki–laki dari usia 13–22 tahun.

Menurut Monks, Dkk, remaja didefinisikan sebagai fase seseorang dalam mencari jati diri atau fase ‘topan dan badai’.

Lain halnya dengan World Health Organization (WHO), usia remaja menurut WHO ialah rentang usia mulai dari 10–20 tahun. Yang mana disebut remaja awal dengan usia 10–14 tahun, sementara remaja akhir 15–20 tahun.

Berdasar rentang usia tersebut, si anak mengalami perkembangan dalam segi biologis, psikologis, serta sosial ekonomi.

Fase Pertumbuhan Anak Remaja

Anak Remaja
Anak remaja – Sumber: stacker.com

Fase remaja ini memiliki beberapa ciri yang terdiri dari, adanya perubahan secara drastis pada fisik dan seksualitas serta peningkatan emosional.

Lalu, adanya perubahan akan suatu nilai pada sesuatu yang saat anak–anak dianggap penting, namun saat beranjak remaja tak lagi. Terakhir, yakni adanya sikap ambivalen pada remaja  dalam menghadapi beragam perubahan yang terjadi di dirinya sendiri.

Seperti yang telah dijelaskan diatas, remaja merupakan suatu fase yang dialami oleh anak – anak ketika beranjak menjadi dewasa. Nah, fase remaja ini terbagi dalam beberapa jenis, antara lain:

Fase pra–pubertas

Fase ini mulai terjadi pada usia 12 sampai 13 tahun, yang mana merupakan fase peralihan anak–anak menuju remaja. Di fase ini biasanya mulai terjadi perubahan drastis pada fisik dan hormon seksualitas remaja.

Sikap keingintahuan serta keberanian untuk mengungkapkan sesuatu, sikap mengkritik dan menentang aturan di fase ini sangat tinggi.

Fase pubertas

Fase ini mulai terjadi pada usia 14–16 tahun, yang mana anak yang mulai beranjak remaja ini mengalami perubahan hormon. Perubahan pada hormon ini sangatlah besar sehingga menyebabkan emosionalnya menjadi sangat labil.

Contoh perubahan lain yakni pada perempuan dimulai dengan datang bulan atau menstruasi sementara laki–laki dimulai dengan mimpi basah.

Fase akhir pubertas

Fase ini mulai terjadi pada usia 17 hingga 18 tahun. Periode dalam fase ini terhitung sebentar karena  para anak remaja sudah mulai memahami dan mengerti akan perubahan yang terjadi.

Biasanya perubahan fisik di fase ini sudah sempurna, namun untuk perubahan psikologis masih terus berkembang.

Fase adolesen

Fase ini mulai terjadi pada usia 19 hingga 21 tahun. Fase ini ditandai dengan beragam perubahan dari fisik, mental, psikologinya yang sudah sempurna.

Beberapa orangtua yang memiliki anak remaja pastinya sudah paham betul terkait fase – fase seperti yang telah disebutkan diatas. Namun, dalam fase tersebut juga orang tua biasanya sering mengalami kebingungan atas sikap anak yang berubah 180°.

Perubahan tersebut biasanya ditandai dengan munculnya masalah dalam hidup si anak remaja. Tapi, jangan khawatir dulu para orangtua, sebab bisa saja lho perubahan tersebut merupakan tanda si anak butuh perhatian.

Baca juga: Pelajari 7 Cara Mendidik Anak Remaja untuk Masa Depan yang Lebih Baik

Tanda Jika Anak Remaja Butuh Perhatian

Anak Remaja
Anak remaja – Sumber: exerciseright.com.au

Dalam beberapa kasus, ada anak remaja yang memang sengaja bersikap aneh atau diluar kebiasannya demi menarik simpati dan perhatian orangtua. Seperti dengan munculnya sikap moody dan marah yang biasanya tak pernah ditampilkan oleh si anak remaja.

Hal ini cenderung dilakukan ketika si anak remaja lelah untuk menghadapi dunia, suasana, emosi, dan perasaan yang baru dialami. Pada tanda pertama ini, jelas sekali bahwa dukungan dan perhatian orang tua sebagai pendengar sangat dibutuhkan oleh si anak.

Lalu, tanda yang kedua tapi jarang disadari adalah anjloknya atau turunnya nilai sekolah si anak yang mulai beranjak remaja ini. Memang adalah hal normal jika si anak tidak ingin mengerjakan tugas atau lelah dengan tugas–tugas selama di sekolah.

Namun, bisa saja ini merupakan bentuk protes dari si anak yang ingin diberikan dukungan atau ditanyai mengenai perkembangan di sekolah. Maka dari itu, peran orang tua sangat besar dalam hal ini untuk dekat dan perhatian kepada si anak.

Terakhir adalah anak yang tiba–tiba mengonsumsi alkohol maupun minuman memabukkan lainnya. Menurut sebagian para ahli, konsumsi alkohol pada anak remaja dinilai wajar, namun bagi sebagian orangtua ini merupakan kabar buruk.

Hal–hal yang mendasari anak konsumsi alkohol biasanya karena tak kuat menghadapi masalah–masalah baru dalam hidupnya. Maka dari itu, orang tua dinilai harus lebih sensitif dan bersikap terbuka untuk bisa mengetahui masalah yang sedang dihadapi anak.

Bicara mengenai masalah–masalah yang dihadapi si anak remaja, tentunya hal ini tidak bisa dianggap remeh begitu saja. Karena jelas jika dianggap remeh dan dibiarkan begitu saja, masalah tersebut akan meluas dan berdampak negatif pada perkembangan anak.

Nah salah satu dampak negatif tersebut adalah stres atau depresi berkepanjangan. Sebagai orang tua, pasti tidak ingin dong si anak remaja bukannya menikmati pergaulan malah depresi dan berdiam di kamar?

Depresi Pada Anak yang Mulai Beranjak Remaja

Maka dari itu penting untuk para orang tua mengetahui dan memahami segala hal mengenai depresi dini pada anak remaja. Mulai dari penyebab, cara mendeteksi, hingga penanganan depresi yang baik dan benar bagi sang anak.

Penyebab Depresi Pada Anak yang Beranjak Remaja

Mulai dari tahap pertama, yakni penyebab anak remaja depresi ini bisa terbagi dalam beberapa faktor. Pertama, sifat bawaan dari kedua orang tuanya atau kakek – neneknya yang pernah mengalami depresi dan diperparah dengan perubahan hormon tubuh anak.

Penyebab kedua yakni trauma, yang mana terjadi karena dulu pernah mengalami hal traumatis seperti pelecehan seksual hingga kehilangan orang tua.

Penyebab depresi pada anak yang terakhir adalah gangguan pada otak khususnya dalam bagian neurotransmitter. Seperti yang diketahui, neurotransmitter merupakan kimia otak yang membawa dan mengatur sinyal ke bagian–bagian dalam tubuh dan otak.

Jika neurotransmitter ini mengalami gangguan, justru akibatnya akan sangat fatal, salah satunya mengacu pada depresi.

Tanda-tanda depresi pada anak yang beranjak remaja

Ternyata faktanya depresi pada anak remaja bisa disebabkan dari beragam faktor baik secara eksternal maupun internal. Para orang tua tentunya tidak bisa lagi bersikap acuh terutama setelah mengetahui penyebab–penyebab yang telah disebutkan diatas.

Untuk langkah lebih lanjut, penyebab depresi bisa  dideteksi terlebih dahulu oleh orangtua melalui beragam tanda yang dapat dilihat secara langsung.

Berikut ini merupakan tanda–tanda depresi anak remaja yang dikutip berdasarkan American Academy of Child dan Adolescent Psychiatry (AACAP):

  • Adanya perubahan nafsu makan yang berimbas pada penurunan berat badan dan energi tubuh
  • Adanya perubahan pada pola tidur
  • Penurunan minat akan suatu hal atau kegiatan tertentu serta menarik diri dari kehidupan sosial
  • Terlihat sedih, tak berdaya, selalu menangis dan selalu membahas hal mengenai bunuh diri
  • Mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi yang bisa berimbas pada kinerja sekolah

Cara Mangatasi Depresi Pada Anak yang Mulai Beranjak Remaja

Anak Remaja
Anak remaja – Sumber: familydoctor.org

Setelah mengetahui penyebab serta tanda–tanda yang menunjukkan anak menderita depresi atau tidak, berikut ini merupakan cara untuk menanganinya.

Pertama yakni dengan mengajak si anak untuk bercerita mengenai faktor atau alasan yang menjadi penyebab depresi. Proses bercerita ini bisa dilakukan oleh orang tua ditemani dengan guru, dokter spesialis ataupun psikolog.

Dalam proses bercerita ini, si anak bisa lho terus diingatkan bahwa dirinya itu sangat berharga dan semua bisa diatasi. Ajak juga si anak yang beranjak dewasa ini untuk mengikuti beragam kegiatan atau aktifitas positif yang akan mempengaruhi pola pikirnya.

Kedua, yaitu dengan menerapkan pola hidup sehat dengan berolahraga dan mengonsumsi makanan bergizi serta tidur yang cukup.

Jika pelampiasan depresi anak ini dengan konsumsi alkohol, sebisa mungkin dijauhkan secara perlahan. Karena pada dasarnya konsumsi alkohol serta obat – obatan terlarang akan lebih memperburuk keadaan depresi sang anak.

Ketahui bahwasannya yang terpenting dari penanganan depresi pada anak yang beranjak remaja ini adalah peran serta orangtuanya sendiri. Tetaplah rajin untuk selalu mengecek kondisi anak dengan mengajaknya berkomunikasi secara terbuka.  

Lama – kelamaan, jika memang sudah nyaman dan terbuka dengan orang tuanya, gangguan depresi pada anak perlahan akan sembuh juga kok.

Lanjut berbicara mengenai sikap keterbukaan dari si anak, memang ini bukanlah sesuatu yang mudah didapatkan oleh orang tua. Terlebih, ada sebagian anak remaja yang menilai orang tua tak sepatutnya untuk ikut campur dalam urusan anak yang mulai beranjak remaja.

Ada juga yang tidak ingin mendapatkan cap ‘anak mama’ karena orangtua yang terlalu sering mencampuri urusan anaknya. Namun, ini tak sepenuhnya benar karena mau bagaimanapun orang tua tetaplah yang paling bertanggungjawab atas kehidupan si anak.

Dalam proses bertanggungjawab itulah, orang tua wajib mengetahui bagaimana cara yang tepat agar si anak ini merasa tidak terlalu direcoki kehidupannya. Khusus untuk memahami pola pikir dan membuat anak remaja ini terbuka secara perlahan, para orangtua bisa menerapkan tips dibawah ini.

Tips Membuat Anak Remaja Lebih Terbuka

Tips yang pertama, adalah melakukan komunikasi yang lebih intens pada si anak yang mulai beranjak remaja. Walaupun memang para orangtua sudah mengenal anak sejak bayi namun banyak lho ditemukan  hubungan yang sebenarnya tak dekat dan intim.

Maka dari itu, peran serta orangtua bisa dimulai dari sini dengan terus mengajak anak berkomunikasi dan bercerita mengenai kesehariannya. Jadikan komunikasi ini sebagai waktu investasi yang akan merekatkan hubungan orangtua dan anak sehingga anak tak akan takut untuk bersikap terbuka.

Tips yang kedua yaitu coba dengarkan cerita si anak remaja tanpa menggurui ataupun menghakimi lebih dahulu. Menurut sebuah studi, para orangtua yang mendengarkan cerita anak dengan seksama akan berdampak positif pada keterbukaan si anak itu sendiri.

Maka dari itu, orangtua diharapkan tidak asal menghakimi bahkan mengkritik dengan kalimat kasar agar si anak tidak takut untuk bersikap terbuka.

Tips terakhir adalah dengan memberikan saran dan juga pendapat terkait dengan hal – hal yang diceritakan si anak remaja. Tentu dalam proses pertumbuhannya, si anak mengalami dan menginginkan beragam hal terutama untuk dieksplorasi.

Namun tak jarang hal – hal yang diinginkannya hanya sekadar angan semata karena takut dianggap tidak penting dan hanya membuang waktu saja. Maka, orangtua harus berhati-hati dalam memberikan pendapatnya, satu pendapat bagus yang diterima, bisa membuka jalan keterbukaan anak lebih luas lagi.

Baca juga: Tiru 16 Cara Mendidik Anak Ala Rasulullah Berikut ini!

Hal Penting yang Harus Diketahui Saat Remaja Memulai Hubungan Asmara

Nah, setelah menerapkan beragam tips  diatas, kemungkinan besar jelas anak remaja kesayangan para orangtua ini akan lebih terbuka lagi sikapnya. Terutama terbuka dalam hal menjalin asmara, hayo kira–kira buat para orangtua sudah sejauh mana tahu  hubungan asmara si anak?

Jika sudah tahu banyak kisah hubungan asmara si anak yang mulai beranjak remaja, itu bagus dan ingat untuk tetap mengawasinya. Namun jika sebagai orangtua belum mengetahuinya padahal sudah mendengar kabar burung si anak berpacaran, ada baiknya melakukan hal–hal dibawah ini.

Ajak ngobrol dengan pembahasan hubungan asmara yang dijalani sang anak

Memang pada awal menjalin hubungan asmara biasanya anak remaja lebih tertutup kepada orang tuanya, hal ini wajar kok. Sebab mungkin saja si anak ini malu atau canggung bahkan takut menerima penolakan dari orangtuanya.

Namun, para orangtua bisa mengatasinya dengan mengajak ngobrol atau deep talk bersama anak di waktu senggang. Tanyakan hal – hal terkait hubungan bersama teman–temannya hingga menjerumus ke hubungan asmara yang tengah dijalani.

Beragam pertanyaan bisa orang tua ajukan sebagai bahan perbincangan sekaligus untuk mengenal orang spesial bagi si anak ini.

Misalnya dengan bertanya awal mula hubungannya, apa yang membuatnya suka dengan orang tersebut, dan lain sebagainya. Sebagai orang tua bisa juga lho memberikan saran percintaan agar si anak punya bekal juga dalam menjalani hubungan asmaranya.

Undang orang spesial bagi si anak ke rumah

Setelah mengetahui sosok spesial ini melalui obrolan santai, sebagai orangtua bisa lho mengajak anak untuk mengundang pacarnya datang kerumah. Hal ini tentu bertujuan untuk mengenal lebih dalam sekaligus melihat bagaimana keberanian anak untuk terbuka dalam masalah percintaannya.

Beri kepercayaan penuh pada anak untuk menjalin hubungan

Terakhir hal yang bisa dilakukan orangtua untuk menghadapi anaknya yang mulai berpacaran adalah dengan memberikan kepercayaan penuh. Dalam hal ini menyerahkan semua urusan hubungan asmara itu berada sepenuhnya di tangan sang anak.

Namun tetap harus diawasi dan diberikan nasihat–nasihat sebagai pengingat agar tak kelewat batas. Nasihat – nasihat tersebut biasanya mencakup tetap ingat kewajiban sebagai pelajar,  jangan sampai melakukan hubungan intim dan lain sebagainya.

Nah itulah informasi terkait dengan seluk beluk kehidupan dan cara mendidik anak ketika sudah remaja yang perlu diketahui oleh para orang tua. Terkhusus bila sering dilanda kebingunan dan stres dalam menghadapi perilaku-perilaku aneh sang anak.

Tapi dibalik itu semua, para orang tua tetap harus bertanggung jawab dengan kehidupan sang anak. Tanggung jawab tersebut bisa mencakup pemberian pendidikan yang sesuai, pemberian kasih sayang dan perhatian, serta quality time atau waktu luang.

Pendidikan untuk anak remaja biasanya diberikan di sekolah, namun bisa juga diberikan diluar sekolah yang bermanfaat bagi perkembangan remaja. Untuk quality time bisa berupa menonton film atau melakukan perawatan diri secara bersama yang tentunya bersifat menyenangkan.

Terakhir untuk kasih sayang dan perhatian bisa diberikan dengan cara mengajak ngobrol serta memberikan makanan bernutrisi untuk perkembangan tubuhnya.

Editted: 16/06/2021 by IDNarmadi. 

Tinggalkan komentar