Sistem Belajar Luring, Daring & Permasalahannya

Adanya pandemi Covid-19 ini telah mengubah banyak aspek kehidupan manusia baik sektor bisnis hingga pendidikan yang menerapkan belajar luring maupun daring.

Salah satu dampak yang dirasa sangat heboh ialah sektor pendidikan karena seluruh proses pembelajaran dilakukan secara daring dan belajar luring di rumah masing-masing.

Pertemuan tatap muka tidak lagi diizinkan sehingga sekolah harus membuat pilihan untuk belajar daring, luring atau kombinasi diantara keduanya.

Proses pembelajaran yang tidak biasa ini tentu membuat bingung banyak pihak mulai dari siswa, guru hingga orang tua.

Sekolah dengan murid yang memiliki fasilitas dan dukungan orang tua yang cukup dapat dengan mudah melakukan belajar daring. Mereka bisa memanfaatkan smartphone atau laptop yang dimiliki untuk melakukan pembelajaran via online.

Namun hal ini menjadi tidak mungkin dilakukan bagi siswa yang kurang mampu atau sekolah yang berada di daerah pedalaman. Selain itu tak semua orang tua mampu menggantikan peran guru untuk mengajari anak-anaknya atau mengerjakan tugas yang diberikan.

Perbedaan Belajar luring dan Daring

Perbedaan kondisi sekolah dan siswa tersebut memunculkan dua model pembelajaran yang bisa diterapkan selama masa pandemi ini yaitu belajar secara daring dan luring.

Terdapat dua perbedaan diantara keduanya sehingga diharapkan mampu mengatasi berbagai permasalahan pendidikan Indonesia di era Covid 19.

Namun, beberapa pihak yang terlibat dalam pendidikan seperti orang tua dan siswa belum memahami keduanya. Simaklah ulasan berikut untuk menambah wawasan dan tidak menutup kemungkinan akan memaksimalkan proses belajar.

Daring merupakan kependekan dari dalam jaringan atau yang sering dikenal dengan online. Sedangkan luring kependekan dari luar jaringan atau offline. Metode belajar daring dan luring memiliki beberapa perbedaan mencolok, diantaranya:

Jaringan Internet

Belajar daring sangat membutuhkan jaringan internet, tanpanya aktivitas belajar daring tidak akan berjalan dengan baik. Oleh sebabnya, jaringan internet termasuk kebutuhan utama dan pertama dalam belajar daring.

Namun tidak demikian dengan belajar daring, proses ini tidak melibatkan internet sama sekali. Belajar luring akan terus berjalan tanpa bantuan jaringan internet.

Batasan Ruang dan Waktu

Pembelajaran secara daring bisa dilakukan kapan pun dan dimanapun asal terhubung dengan utamanya tadi yaitu internet. Baik siswa atau guru tidak terbatasi oleh ruang dan waktu sehingga pembelajaran ini lebih fleksibel.

Tetapi pada pembelajaran luring, semua siswa dan guru harus bertemu langsung sehingga membutuhkan tempat dan waktu khusus.

belajar luring
Belajar daring memungkinkan pelajar untuk belajar dalam waktu yang lama, pixabay.com

Dengan begitu, belajar luring membutuhkan ruang dan waktu yang sama untuk terjadinya sebuah proses pembelajaran, batasan ruang dan waktu sangat jelas pada model ini.

Pihak Ketiga

Pada belajar daring membutuhkan pihak ketiga sebagai penghubung semua peserta pembelajaran seperti platform, aplikasi atau hal lainnya. Tanpa adanya pihak ketiga ini, belajar daring belum bisa berjalan meski internet sudah ada.

Sebaliknya, belajar secara luring tidak membutuhkan pihak ketiga, sebagai gantinya sudah ada batasan waktu dan ruang untuk bertemu secara tatap muka. Jadi, bisa diartikan platform atau aplikasi pada belajar daring merupakan ruang dan waktu bagi belajar luring.

Contoh Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan belajar daring ini misalnya proses pembelajaran melalui aplikasi Zoom, webinar ataupun video call dari Whatsapp. Sedangkan belajar luring contohnya pertemuan langsung belajar di sekolah, seminar di aula tertentu, bimbingan belajar privat dengan guru mengunjungi rumah murid langsung.

Contoh lain dari pembelajaran luring ialah belajar melalui program di TV seperti di TVRI misalnya, hal itu termasuk luring karena tidak membutuhkan jaringan internet.

Baca juga: 8 Aplikasi Android untuk Belajar Online Gratis, Jadikan Anak Semakin Pintar di Rumah!

Berbagai Kesulitan Belajar Luring di Era Pandemi Covid 19

Mungkin sudah banyak yang mengetahui bahkan merasakan sendiri kesulitan belajar selama pandemi Covid 19. Kebiasaan baru ini memunculkan banyak kontroversi sehingga para pejabat di bidang pendidikan diharapkan segera menuntaskan berbagai permasalahan yang muncul.

belajar luring
Belajar secara offline memiliki beragam kesulitan apalagi di era pandemi ini, pixabay.com

Pemerintah menganjurkan belajar secara daring namun banyak daerah di Indonesia yang tidak bisa melakukannya. Sekolah yang biasanya belajar luring pun mengalami banyak kendala, diantaranya:

KBM Tidak Efektif

Hal utama yang menjadi tidak efektif dan tidak sesuai kurikulum ialah pemangkasan jumlah jam pelajaran. Misalnya satu mata pelajaran seharusnya 4 jam dalam seminggu namun di masa pandemi menjadi 2 jam saja sehingga ketercapaian kompetensi pun berkurang.

Selain itu, penyerapan ilmu oleh siswa pun berkurang karena hanya materi-materi inti saja yang dipelajari dan tidak 100% siswa memahami karena waktu yang mepet. Siswa yang kurang paham dengan materi pun bisa karena penjelasan tidak mendetail yang disebabkan pula pemangkasan jam belajar.

Orang Tua yang Sibuk

Dukungan orang tua sangat dibutuhkan sebagai pengganti guru. Peran guru seperti mengajari siswa, memantau siswa mengerjakan tugas dan lainnya menjadi tugas orang tua di rumah. Namun sayangnya, tak semua orang tua memiliki waktu khusus untuk memantau anaknya dalam proses belajar dari rumah.

Orang tua yang sibuk juga membuat anak lebih tak semangat lagi dalam belajar, tugas tidak dikerjakan dan masalah lainnya. Tak jarang pula orang tua kewalahan dalam menjelaskan materi kepada anak karena tidak memiliki keahlian khusus.

Anak Merasa Bosan

Secara umum yang terjadi pada anak-anak di Indonesia selama belajar luring ialah mereka merasa bosan karena pembelajaran yang tidak nyaman.

Siswa kurang memahami materi, kondisi lingkungan yang tidak mendukung dan masih banyak lagi. Tak jarang juga anak ingin segera kembali ke sekolah seperti biasa karena bisa bertanya kepada guru atau teman jika tidak memahami materi.

belajar luring
Belajar secara offline yang kurang pantauan dari guru dinilai kurang efektif, pixabay.com

Jika belajar di rumah atau luring, waktu untuk belajar bersama guru terbatas, bermain bersama teman pun terbatas. Sebagaimana yang kita tahu, belajar luring di Indonesia khususnya tingkat SD di daerah pedalaman guru mengunjungi rumah murid untuk melakukan proses pembelajaran.

Kurikulum yang Perlu Disesuaikan

Beberapa pejabat pendidikan tengah berupaya memperbaiki kurikulum untuk kondisi darurat seperti sekarang ini. Guru dan murid tidak bisa mengikuti capaian pada kurikulum normal karena kondisinya yang sudah jauh berbeda.

Kurikulum di masa ini harus lebih disederhanakan dengan model-model yang bisa diterapkan di masa ketika suatu kumpulan sedang dilarang. Kemendikbud pun sudah merilis sebuah pedoman penyelenggaraan belajar dari rumah pada setiap jenjang pendidikan.

Nah, itulah beberapa masalah atau kesulitan belajar luring di masa pandemi khususnya Indonesia. Dukungan dari berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk membuat proses pembelajaran berjalan seefektif mungkin meski belajar tidak bisa senyaman dahulu.

Pemerintah dan guru saja tidak cukup untuk membuat siswa bisa belajar dengan maksimal. Peran orang tua dan lingkungan juga berperan sama besarnya untuk membuat anak semangat belajar.

Sebagaimana yang disampaikan oleh Mendikbud, Bapak Nadiem Makarim bahwa terdapat beberapa hikmah yang bisa diambil dari masa Covid 19 yaitu guru menyadari bahwa belajar menggunakan kemajuan teknologi bisa tercapai yang dulu sempat dipandang sangat sulit.

Selain itu siswa bisa memahami bahwa ilmu tidak selalu berasal dari guru melainkan juga dari TV, orang sekitar bahkan lingkungan.

Orang tua pun menyadari bahwa tugas guru di sekolah dalam mendidik anak mereka tidaklah mudah sehingga rasa peduli kepada guru kembali baik. Sebelumnya banyak orang tua murid yang meremehkan dan tidak respect kepada guru.

Editor: UN.

Tinggalkan komentar