Eklampsia pada Kehamilan: Pengertian, Ciri, Resiko

Disadari atau tidak, eklampsia pada kehamilan sudah menjadi suatu hal yang wajar dan umum terjadi. Banyak ibu hamil pernah mengalami eklampsia ini.

Meski cukup umum dan wajar, namun tetap tidak boleh disepelekan. Eklampsia sendiri mempunyai dampak yang sangat buruk bagi kesehatan ibu dan anak.

Bahkan, dapat menjadi ancaman untuk keselamatan keduanya. Oleh karenanya, ahli medis menganggap eklampsia adalah suatu hal yang harus diwaspadai.

Cara yang tepat untuk mewaspadai adanya eklampsia pada kehamilan yaitu dengan mengetahui ciri – ciri / gejala eklampsia terlebih dahulu.

Kemudian ketahui pula cara penanganan eklampsia dengan tepat. Sehingga, hal yang buruk dan terjadi pada ibu dan janin dapat diantisipasi dengan segera.

Baca juga: Hamil resiko tinggi

Pengertian Eklampsia pada Kehamilan

Apa itu eklampsia pada kehamilan? Yaitu, sebuah serangan yang berupa kejang pada seorang ibu hamil. Serangan itu juga merupakan bentuk dari komplikasi pre-eklampsia.

Biasanya ibu hamil yang mempunyai resiko preeklampsia adalah yang memiliki riwayat hipertensi berat sehingga muncul suatu tanda berupa kejang. Kemudian, diikuti dengan penurunan kesadaran/pingsan. Bahkan dapat pula memungkinkan terjadinya fase koma.

Meskipun eklampsia menjadi hal yang wajar, minim risiko, dan jarang terjadi, tetapi hal ini harus diwaspadai. Karena jika eklampsia terjadi, dampaknya dapat membahayakan nyawa sang ibu dan janin.

Gejala Eklampsia

Gejala awal pada eklampsia tidak begitu menonjol dan tentu berbeda dengan kehamilan kosong dan ektopik. Namun, gejala lanjutannya dapat terlihat dengan sangat jelas lantaran kondisi ibu hamil yang menderita dapat menurun secara drastis dan tiba–tiba.

Untuk eklampsia pada ibu hamil hanya terjadi pada trisemester 3 kehamilan. Jadi mungkin pada awal kehamilan tidak perlu khawatir jika akan terjadi eklampsia. Nah, gejala-gejala berikut bisa ditandai sebagai awal terjadinya eklampsia pada ibu hamil:

Kejang

Gejala yang satu ini menjadi gejala yang sangat utama pada eklampsia. Biasanya eklampsia sering terjadi saat ibu akan melahirkan, tepatnya pada 48 jam setelah melahirkan.

Gejala kejang yang terjadi bukan hanya sekali / 2 kali. Bahkan dapat terjadi gejala kejang yang sangat kronik.

Kejang pada eklampsia terbagi ke dalam 2 fase. Fase pertama akan berlangsung dalam waktu 15 detik – 20 detik. Pada fase pertama disertai dengan tanda wajah berkedut, semua otot berkontraksi hingga tubuh terasa sangat kaku.

Untuk fase kejang kedua, berlangsung jauh lebih lama hingga 1 menit. Kejang pada fase kedua ini dimulai dari bagian rahang, lalu menjalar ke bagian otot wajah hingga menuju ke mata. Setelah itu, seluruh tubuh pun akan kejang – kejang lebih hebat.

Baca juga: hamil anggur

Hilang kesadaran

Gejala eklampsia yang kedua yaitu hilang kesadaran. Pada gejala ini terjadi setelah gejala kejang muncul dan menyebabkan tubuh hilang kesadaran. Hal ini disebabkan karena otak sama sekali tidak mendapat aliran oksigen yang cukup.

Pada gejala ini menjadi gejala yang sangat kronik dan merupakan suatu penentu apakah sang ibu dan janin akan selamat / tidak. Jadi pada gejala ini sama sekali tidak dapat dipastikan. Karena dapat berlangsung dalam waktu singkat dan lama. Bahkan dapat mencapai 1 minggu / lebih.

Gelisah / cemas yang kronik

Saat ibu telah terbangun dari hilang kesadaran, maka akan timbul rasa cemas yang cukup kronik. Lalu sang ibu juga sama sekali tidak mengingat hal yang baru saja terjadi padanya, termasuk tubuh yang telah mengalami kejang – kejang. Selain itu hampir sebagian besar otot pada ibu akan terasa sangat nyeri. Hal ini disebabkan karena kejang.

Baca juga: Bahayakah Anemia pada Ibu Hamil? Cek Jawabannya Di sini

Ciri – Ciri Eklampsia Pada Kehamilan

Khusus untuk gejala dan ciri – ciri eklampsia pada kehamilan sangat berbeda. Untuk gelaja menjadi suatu diagnosa bahwa ibu telah mengalami eklampsia.

eklampsia pada kehamilan
Ilustrasi eklampsia pada kehamilan – Sumber: pregnancybirthbaby.org.au

Sedangkan untuk ciri – ciri eklampsia lebih mengarah pada tanda bagi seorang ibu yang mempunyai resiko mengalami eklampsia. Ciri – ciri tersebut antara lain sebagai berikut:

  • Hipertensi
  • Tangan dan wajah bengkak
  • Berat badan naik secara drastis
  • Sakit kepala
  • Mual dan muntah
  • Sulit buang air kecil
  • Perut di bagian kanan atas terasa sakit
  • Penglihatan kabur
  • Sesak napas

Penyebab Terjadinya Eklampsia

Eklampsia pada kehamilan tidak terjadi begitu saja. Karena ada beberapa hal yang dapat menjadi faktor penyebab eklampsia pada kehamilan, yaitu :

 1. Preeklampsia

eklampsia pada kehamilan
ilustrasi Penyebab eklampsia pada kehamilan – Sumber: cloudfront.net

Preeklampsia menjadi faktor utama yang menyebabkan terjadinya eklampsia. Jika ibu mempunyai riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya, maka resiko terjadinya eklampsia cukup besar.

Baca juga: hamil di luar kandungan

2. Jarak kehamilan terlalu dekat

Ideal jarak antara kehamilan pertama dan kehamilan sesudahnya minimal ±2 tahun. Jika jarak kehamilan kurang dari 2 tahun, dapat meningkatkan resiko yang menyebabkan eklampsia pada kehamilan.

3. Riwayat hipertensi kronik

Penyebab terjadinya eklampsia yang satu ini merupakan penyebab utama. Hampir sebagian besar para ibu yang mempunyai riwayat hipertensi kronik, maka akan mempunyai resiko penyebab eklampsia yang besar. Eklampsia adalah suatu komplikasi yang terjadi saat kondisi tubuh hipertensi / tekanan darah tinggi.

4. Bayi tabung

Program bayi tabung memang menjadi cara yang cukup efektif untuk mempunyai anak. Hanya saja program bayi tabung juga mempunyai resiko penyebab eklampsia cukup besar.

5. Bayi kembar

Hampir sama dengan program bayi tabung, bayi kembar juga menjadi hal yang sangat istimewa. Namun hal ini juga harus diwaspadai. Karena mempunyai resiko penyebab eklampsia pada kehamilan.

Resiko Eklampsia Pada Kehamilan

Resiko eklampsia pada kehamilan, akan terjadi setelah melahirkan. Untuk salah satu resiko eklampsia yang paling besar yaitu terjadinya kematian pada ibu yang telah melahirkan. Kondisi ini juga menjadi faktor terbesar yang menyenangkan meninggalnya seorang ibu setelah melahirkan.

Selain kematian, ada juga beberapa resiko lain dari eklampsia, antara lain sebagai berikut ini:

  • Gagal ginjal yang akut.
  • DIC (Disseminated Intravascular Coagulation), suatu penggumpalan darah yang terjadi di seluruh pembuluh darah yang disertai dengan pendarahan.
  • Pendarahan intrakranial.
  • Otak pada bagian oksipital akan mengalami keruskan dan akan mengakibatkan kebutaan.
  • Sindrom HELLP / Hemolysis Elevated Liver Enzymes Low Platelet / hemolisis, peningkatan enzim hati, dan jumlah trombosit rendah.

Cara Mencegah Eklampsia

Karena eklampsia mempunyai resiko yang sangat fatal, sebaiknya lakukan penyegahan sejak dini. Dengan ini juga dapat mengurangi resiko terjadinya eklampsia, khususnya bagi para ibu yang mempunyai resiko eklampsia besar.

Berikut ini adalah cara untuk mencegah eklampsia:

  • Healthy life style

Cara yang paling mudah untuk mengurangi resiko eklampsia pada kehamilan yaitu dengan menerapkan pola hidup sehat sejak dini. Khususnya sejak awal kehamilan.

  • Suplemen tambahan

Saat hamil, seorang ibu harus mengkonsumsi suplemen tambahan secara rutin. Karena ada berbagai manfaat dari mengkonsumsi suplemen tambahan, diantaranya yaitu dapat mencegah eklampsia.

  • Mengkonsumsi aspirin dalam dosis rendah

Aspirin merupakan suplemen yang dapat membantu untuk mencegah terjadinya penggumpalan darah ataupun pegecilan pembuluh darah. Dengan resiko penggumpalan darah rendah, secara tidak langsung dapat mengurangi resiko eklampsia pada kehamilan.

  • Kontrol secara rutin

Melakukan kontrol kehamilan menjadi hal yang sangat penting. Karena dapat memantau perkembangan janin. Selain itu dapat pula mengetahui kondisi janin, apakah berada dalam kondisi normal / tidak. Jika terdapat suatu masalah pada janin, dapat ditangani dengan segera.

Demikianlah penjelasan tentang eklampsia pada kehamilan. Penjelasan tersebut sangat berguna bagi para calon ibu. Dengan hal ini, dapat melakukan cara yang sangat tepat untuk menjaga kehamilan. Supaya bayi dapat lahir dengan normal dan sang ibu dalam kondisi sehat setelah melahirkan.

Ditulis oleh Arinta Wulandari, Editor: Rofiq Syuhada – Last editted: 25/06/2021 by IDNarmadi.

Tinggalkan komentar