12 Penyebab & Tips Mencegah Kematian Pasca Melahirkan

Kematian pasca melahirkan memang merupakan mimpi buruk bagi siapapun. Ya, namun hal itu nyatanya belum bisa terbendungkan karena menurut data, angka kematian pasca melahirkan terus meningkatkan.

Setiap orang pasti mendambakan momen kelahiran yang berjalan dengan lancar dan juga normal. Mulai dari si ibu mengandung sampai tiba waktunya si jabang bayi untuk lahir ke dunia.

Akan tetapi, kesalahan-kesalahan fatal, baik yang diketahui maupun yang belum diketahui masih saja menghantui para ibu hamil. Hal-hal tersebut yang cenderung mengancam nyawanya ketika proses persalinan atau saat hendak melahirkan.

Kematian pasca melahirkan tidak akan terjadi secara spontan atau dalam arti lain tanpa sebab. Hal itu pastilah karena adanya pengaruh langsung, baik dari lingkup internal maupun eksternal.

Untuk itu, dibawah ini akan dijelaskan mengenai berbagai penyebab kematian pasca melahirkan yang sangat umum. Selain itu juga akan diangkat mengenai tips atau berbagai cara pencegahannya yang bisa dilakukan. Berikut poin dan penjelasannya

Berbagai Penyebab Kematian Pasca Melahirkan Pada Ibu Hamil

Berikut ini berbagai penyebab kematian pasca melahirkan :

1. Perdarahan Post Partum (PPH)

Perdarahan hebat pasca melahirkan sering menjadi penyebab utama ibu mengalami kematian pasca melahirkan. Petugas medis yang terlatih dengan baik bisa saja menghentikan perdarahan tersebut.

Akan tetapi bila petugas profesional terlatih tidak tersedia, ibu bisa saja meninggal karena kehilangan banyak darah.

Di negara maju, perdarahah post partum atau perdarahan setelah persalinan adalah penyebab kematian ibu paling umum. Perdarahan setelah melahirkan ini biasanya dapat terjadi dalam kurun waktu sehari atau dalam hitungan minggu setelah persalinan.

Perdarahan post partum ditandai dengan keluarnya darah dari vagina secara terus-menerus. Bila dibiarkan, perdarahan setelah persalinan akan menyebabkan syok dan kegagalan fungsi organ tubuh.

Perdarahan setelah melahirkan bisa disebabkan oleh beberapa hal, yaitu otot rahim yang tidak berkontraksi (atonia uteri), luka jalan lahir, seperti sayatan pada perineum akibat tindakan episiotomi, sisa jaringan plasenta yang tertinggal di dalam rahim, kelainan pada proses pembekuan darah, dan rahim pecah (ruptur uteri).

Penyebab Kematian Pasca Melahirkan Pada Ibu Hamil
Kematian Pasca Melahirkan via kompasiana.com

2. Perdarahan Berat (Hemoragik)

Penyebab kematian pasca melahirkan yang kedua adalah hemoragik. Perdarahan memang cukup umum terjadi saat proses persalinan.

Namun, jika tidak dapat ditangani dengan baik, perdarahan ini bisa semakin parah dan bahkan bisa menyebabkan ibu meninggal setelah melahirkan. Perdarahan ini bisa terjadi saat ibu memilih untuk melahirkan caesar maupun melahirkan normal.

Perdarahan setelah melahirkan terjadi karena vagina atau leher rahim robek atau saat rahim tidak berkontraksi setelah melahirkan. Namun, biasanya perdarahan berat juga disebabkan oleh masalah plasenta selama kehamilan, seperti abrupsio plasenta.

Abrupsio plasenta adalah kondisi di mana plasenta terpisah dari rahim sebelum waktu kelahiran. Hal tersbeut amat sering menyebabkan kematian pasca melahirkan.

3. Preeklamsia dan Eklamsia

Penyebab kematian pasca melahirkan ketiga adalah preeklamsia & eklamsia. Komplikasi kehamilan seperti preeklamsia dan eklamsia juga bisa meningkatkan risiko kematian pasca melahirkan.

Preeklamsia ditandai dengan tekanan darah tinggi, ditemukannya protein dalam urine, dan pada tingkat lanjut akan terjadi kerusakan organ.

Ketika preeklampsia tidak mendapatkan penanganan yang tepat, maka akan muncul eklampsia. Eklamsia merupakan kondisi lebih lanjut dari preeklamsia yang disertai kejang, kondisi ini sangatlah berbahaya dan perlu segera ditangani.

Risiko terjadinya preeklamsia lebih tinggi pada wanita yang baru pertama kali hamil dan ibu hamil berusia di bawah 20 tahun atau di atas 40 tahun.

Selain itu juga bagi ibu yang mengalami kelebihan berat badan, penyakit ginjal, atau diabetes. Serta juga berpotensi bagi yang memiliki riwayat tekanan darah tinggi dalam keluarga, atau hamil bayi kembar.

4. Sepsis

Sepsis yang terjadi saat hamil maupun setelah melahirkan dapat menyebabkan kematian pasca melahirkan. Hal ini karena sepsis yang tidak ditangani dengan tepat akan berlanjut menjadi syok sepsis. Ketika mengalami syok sepsis, organ ginjal, hati, dan paru-paru bisa mengalami kerusakan dengan cepat.

Sepsis ini kemudian dapat menyerang sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan masalah yang parah sampai pada kematian. Terkadang sepsis bisa menyebabkan penggumpalan darah pada ibu hamil, sehingga menghalangi aliran darah ke organ penting ibu.

Organ penting tersebut seperti otak dan jantung. Hal ini kemudian dapat menyebabkan kegagalan fungsi organ dan bahkan mengakibarkan kematian.

5. Tekanan Darah Tinggi

Tekanan darah tinggi juga salah satu penyebab kematian pasca melahirkan. Pemeriksaan kehamilan secara rutin bisanya bisa mengetahui masalah tekanan darah tinggi dan tingkat protein dalam urine si ibu.

Dengan penanaganan medis yang tepat, tekanan darah tinggi ini bisa dirawat dan efek buruknya bisa dihindari. Namun jika tidak, kondisi ini bisa memicu kematian pasca melahirkan. Menurut data, kasus hipertensi menyumbang 14% kematian ibu saat hamil atau melahirkan.

6. Infeksi

Infeksi bisa terjadi jika ibu melakukan proses kuretase yang tidak aman, proses persalinan di tempat yang kurang higienies, atau persalinan yang memakan waktu sangat lama. Kurangnya pemahaman bagaimana merawat tubuh ibu pasca melahirkan juga bisa memicu infeksi yang dapat mengakibatkan kematian.

Sebanyak 11% kematian ibu disebabkan oleh infeksi pasca melahirkan. Infeksi saat operasi ternyata juga bisa menjadi penyebab kematian pasca melahirkan.

Infeksi bisa terjadi jika ada bakteri masuk ke tubuh dan tubuh tidak bisa melawannya. Beberapa infeksi bisa sampai menyebabkan ibu meninggal setelah melahirkan. Seperti penjelasan sebelumnya, ibu hamil yang terinfeksi kelompok bakteri Streptokokus B dapat mengalami sepsis (infeksi darah).

Baca juga: hamil resiko tinggi

7. Aborsi

Aborsi juga menjadi salah satu penyebab kematian pasca melahirkan. Rata-rata, 68.000 perempuan meninggal akibat melakukan aborsi yang tidak aman, baik yang dilakukan di klinik yang tidak bersih atau ilegal. Sebanyak 8% kematian ibu disebabkan oleh aborsi.

Ya, aborsi juga terbilang bisa menyebabkan kematian pasca melahirkan. Hal itu karena perlakuan aborsi yang cenderung tidak berprosedur dan asal-asalan dalam penanganannya.

8. Pulmonary Embolism (PE)

Kematian pasca melahirkan
Kematian Pasca Melahirkan via rtmagazine.com

PE adalah kondisi dimana adanya darah beku di dalam paru-paru. Kondisi ini bisa terjadi pasca melahirkan, dan risikonya lebih tinggi jika melahirkan secara caesar.

PE menyumbang 3% sebagai penyebab kematian ibu setelah persalinan. Dibutuhkan penanganan yang sigap dan cepat dalam menghadapi keadaan seperti ini.

9. Emboli paru

Emboli paru adalah gumpalan darah yang menghalangi pembuluh darah di paru-paru. Hal ini biasanya terjadi ketika gumpalan darah yang ada di kaki atau paha (disebut dengan deep vein thrombosis (DVT)) pecah dan mengalir ke paru-paru.

Emboli paru dapat menyebabkan kadar oksigen dalam darah menjadi rendah, sehingga biasanya gejala yang muncul adalah sesak napas dan nyeri dada. Organ tubuh yang tidak mendapatkan cukup oksigen dapat mengalami kerusakan, dan hal ini kemudian bisa menyebabkan kematian.

Untuk mencegah emboli paru dan DVT, ada baiknya Anda bangun dan berjalan sesegera mungkin setelah melahirkan. Sehingga, darah bisa mengalir dengan lancar dan gumpalan darah tidak terjadi.

10. Kardiomiopati

Selama kehamilan, fungsi jantung wanita mengalami perubahan yang cukup banyak. Hal ini membuat ibu hamil yang memiliki penyakit jantung berisiko tinggi untuk mengalami kematian. Salah satu penyakit pada jantung yang dapat menyebabkan kematian ibu hamil adalah kardiomiopati.

Kardiomiopati adalah penyakit otot jantung yang membuat jantung lebih besar, lebih tebal, atau lebih kaku. Penyakit ini bisa membuat jantung lemah, sehingga tidak bisa memompa darah dengan baik. Pada akhirnya, kardiomiopati bisa menyebabkan masalah, seperti gagal jantung atau penumpukan cairan di paru-paru.

11. Komplikasi kehamilan

Rata-rata sekitar 10% ibu meninggal akibat masalah yang berkaitan dengan kehamilan. Seperti plasenta previa, rahim robek, atau kehamilan ektopik. Kondisi-kondisi tersebut bisa memicu komplikasi yang lebih buruk, bahkan kematian pasca melahirkan bila tidak ditangani dengan baik.

12. Riwayat penyakit tertentu

Penyakit yang dialami sebelum dan selama hamil juga bisa meningkatkan risiko kematian ibu saat melahirkan kelak. Apalagi jika kondisi tersebut tidak mendapat penanganan yang baik. Penyakit yang dimaksud antara lain adalah penyakit ginjal, kanker, jantung, tuberkulosis, malaria, dan HIV/AIDS.

Tips Mencegah Terjadinya Kematian Pasca Melahirkan

Tips Mencegah Terjadinya Kematian Pasca Melahirkan
Kematian Pasca Melahirkan via rumahdandelion.com

1. Lakukan Pemeriksaan Rutin

Kondisi kehamilan setiap ibu bisa sangatlah berbeda. Oleh karena itu, ibu hamil harus menyadari kondisi kesehatan diri dan janinnya.

Misalnya, ketika seorang ibu yang hamil muda mengalami flek, ia harus waspada akan ancaman keguguran. Atau tanda-tanda lain yang menunjukkan adanya masalah pada janin seperti rasa gatal yang tak tertahankan.

Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah semua wanita yang berpeluang untuk hamil maupun yang sedang merencanakan kehamilan harus mengonsumsi asam folat.

Asam folat bermanfaat mencegah kelainan Defek Tabung Saraf (spina bifida) pada janin. Sehingga kejadian semacam kematian pasca melahirkan tak akan dialami.

2. Perhatikan Potensi Penyakit Tertentu

Dokter banyak menyarankan ibu hamil untuk mengecek status Anemia (Hb) dan riwayat gula darah. Anemia dan diabetes seringkali menjadi penyumbang penyakit bagi ibu hamil dan bayi. Selain itu, periksa juga status HIV dan Hepatitis B.

Penyebab utama kematian ibu pasca melahirkan adalah preeklamsia dan pendarahan, sehingga memeriksa tekanan darah penting dilakukan sesering mungkin. Sangat disarankan juga agar ibu hamil mengombinasikan cek kesehatan pada dokter kandungan dan juga bidan.

Perlu lah setiap minggunya, USG kehamilan wajib dilakukan untuk mengerahui berat badan bayi, lokasi plasenta, posisi bayi, jumlah air ketuban dan prediksi berat lahir bayi nantinya. Setelah 37 minggu, pengawasan semakin ketat karena jelang melahirkan.

USG pada usia ini dilakukan untuk mengetahui jumlah air ketuban dan gerakan janin yang menandakan bahwa janin sehat.

3. Jangan Lupa Vaksin

Mencegah kematian ibu pasca melahirkan dimulai dari disiplin vaksin sejak program hamil dimulai. Vaksin tak hanya melindungi ibu hamil tapi sekaligus janin yang dikandungnya.

Vaksin Rubella misalnya, dapat mencegah kelainan bawaan pada janin. Atau vaksin tetanus untuk mencegah terserang tetanus saat proses melahirkan.

4. Usahakan Fasilitas Kesehatan Secara Mandiri

Bagi ibu yang tinggal di lokasi yang fasilitas kesehatannya terbatas, screening diri sendiri pun bisa dilakukan. Memantau tekanan darah penting untuk mendeteksi preeklamsia sejak dini. Jika tekanan darah meninggi, ibu hamil sebaiknya segera pergi ke Rumah Sakit.

Risiko preeklamsia harus sudah diketahui sejak kondisi awal kehamilan. Jika memang beresiko, tentu dokter kandungan akan memberi terapi yang tepat dan preeklamsia dapat dihindari.

Jika tinggal di daerah yang jauh dari Rumah Sakit, dapat dipertimbangkan untuk pindah sementara waktu dekat Rumah Sakit menjelang hari melahirkan.

5. Pentingnya Memperhatikan Kesehatan Mental Ibu Hamil

Selain mengecek kesehatan fisik, kesehatan mental ibu hamil tak kalah pentingnya. Seringkali ibu hamil mudah merasa depresi. Depresi pada ibu hamil dapat berawal dari adanya kekecewaan terhadap harapan yang tak tercapai.

Hal itu memang karena terkadang wanita memiliki harapan ingin ditemani atau diperhatikan. Peran suami dan anggota keluarga lain amat penting untuk mendukungnya. Ibu hamil juga harus dapat menyampaikan keinginannya sehingga komunikasi pun berjalan lancar.

6. Membentuk Lingkungan Yang Cukup Ramah Bagi Ibu Hamil

Selain dukungan dari keluarga, ibu hamil juga dapat bergabung dalam komunitas ibu hamil. Tujuannya adalah untuk saling mendukung dan berbagi pengalaman tentang kehamilan. Namun, kunci penentu yang dapat menurunkan angka kematian ibu hamil adalah dirinya sendiri.

Untuk itu sangat diharapkan agar ibu hamil banyak membaca dan mempelajari mengenai kehamilan. Ia juga perlu mengetahui kapan akan melahirkan, di mana, biaya yang dibutuhkan dan persiapan apa yang diperlukan untuk menyambut si bayi.

7. Berjaga-Jaga Atas Segala Kemungkinan Yang Bisa Terjadi

Jika ada kabar yang kurang menggembirakan tentang kehamilan Anda, maka Anda akan memproses kabar tersebut dengan beberapa fase.

Fase-fase mendengar berita buruk tersebut adalah denial (mengabaikan), anger (kemarahan), bargaining (mempertimbangkan segala sesuatunya), depression (depresi), dan accepting (menerima).

Fase-fase tersebut sangatlah perlu untuk Anda kontrol karena akan cukup menunjang untuk kedepannya. Anda akan melewati fase tersebut seiringan dengan bertambahnya usia kehamilan. Maka tetap diperlukan penanganan dan langkah yang tepat untuk menghindari risiko kematian pasca melahirkan.

Ibu hamil memang pada kenyataannya sangat memerlukan perhatian dan juga perawatan yang lebih. Selain itu diperlukan juga pengetahuan yang lebih mengenai apa saja faktor peyebabnya. Kematian pasca melahirkan bisa saja dihindari dengan berbagai langkah yang tepat dan juga penanganan yang cukup dini.

Untuk menurunkan risiko kematian ibu saat hamil, sebisa mungkin lakukan pemeriksaan dan kontrol kehamilan ke dokter secara rutin.

Selain itu, terapkan pola hidup yang sehat, baik sebelum hamil, selama hamil, maupun setelah melahirkan. Sehingga hal yang tidak diinginkan saat persalinan pun tak akan terjadi, dalam hal ini kematian pasca melahirkan.

Editted: 25/06/2021 by IDNarmadi.

Tinggalkan komentar