Kontrol Kehamilan: Jadwal dan Jenis Pemeriksaan

Kontrol kehamilan menjadi hal yang wajib dilakukan ibu hamil. Dengan melakukan kontrol kehamilan secara teratur, maka dokter bisa terus memantau kesehatan ibu dan juga bayi dalam kandungan.

Pemeriksaan kehamilan ini terdiri dari perawatan prenatal atau sebelum melahirkan dan juga postpartum. Tujuan utama dari kontrol kehamilan ini adalah untuk memastikan kehamilan bisa sehat dan juga persalinan bisa berjalan dengan aman.

Sedangkan pada trimester ketiga yakni minggu 28 sampai akhir kehamilan, kemungkinan tes akan dilakukan dua minggu sekali.

Selama mengandung, maka kunjungan ke obgyn atau dokter kandungan dilakukan sekitar 9 sampai 10 kali pertemuaan sampai hari perkiraan lahir. 

Untuk kondisi kehamilan dengan risiko tinggi, umumnya dokter akan menyarankan melakukan pemeriksaan fetomaternal.

Ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan genetik dini, gangguan pembentukan organ, kelainan kromosom sampai deteksi keguguran. Berikut adalah informasi seputar kontrol kehamilan yang sangat penting untuk diketahui dan dijalani.

Jadwal Kontrol Kehamilan

Idealnya, kontrol kehamilan harus dilakukan setidaknya 8 kali. Ibu harus bisa meluangkan waktu sebanyak sebulan sekali untuk periksa ke dokter di 6 bulan pertama kehamilan. Sesudah memasuki usia 7 sampai 8 bulan kehamilan, maka kontrol kehamilan dilakukan setiap 2 minggu sekali.

Nantinya intensitas kontrol kehamilan juga akan bertambah menjadi sati kali setiap minggu. Ini dilakukan jika masa kehamilan sudah masuk ke usia 9 bulan. Akan tetapi, kemungkinan kontrol kehamilan juga harus dilakukan lebih sering lagi karena beberapa faktor, seperti:

  • Memiliki risiko melahirkan prematur.
  • Hamil saat dengan usia sudah di atas 35 tahun.
  • Mengalami komplikasi kehamilan.
  • Mempunyai riwayat penyakit seperti anemia, asma, lupus, obesitas atau tekanan darah tinggi.

Dengan kontrol kehamilan, nantinya dokter bisa terus memantau ibu dan janin dalam kandungan. Beberapa hal yang akan dilakukan dokter adalah mengidentifikasi apabila ada komplikasi kehamilan dan mencegah risiko gangguan pada pertumbuhan bayi.

Saat sedang kontrol kehamilan, maka dokter juga akan memberi peringatan untuk menghentikan kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol. Dokter juga akan memberikan suplemen asam folat untuk ibu hamil di trimester pertama.

Hal yang Dilakukan Ketika Kontrol Kehamilan

kontrol kehamilan
Sumber: getstix.co

Ketika pertama kali ibu melakukan kontrol kehamilan, maka dokter akan menanyakan tentang kesehatan secara keseluruhan. Ini juga termasuk dengan siklus menstruasi, penyakit yang dialami, obat obatan yang dikonsumsi serta gaya hidup.

Apabila ini bukanlah kehamilan yang pertama, maka dokter juga akan bertanya tentang kehamilan sebelumnya. Kemungkinan, akan ada beberapa pemeriksaan yang harus dijalani, seperti:

1. Pemeriksaan Fisik

Salah satu pemeriksaan yang dilakukan selama kontrol kehamilan adalah pemeriksaan fisik. Ini terdiri dari pemeriksaan berat serta tinggi badan, keadaan payudara, tekanan darah, paru paru dan jantung ibu.

Sesudah itu, dokter juga akan memeriksa rahim, vagina serta serviks untuk melihat kemungkinan adanya gangguan kehamilan.

2. Tes Urine

Dalam kontrol kehamilan juga akan dilakukan tes urine. Pemeriksaan urine ini dilakukan untuk melihat kemungkinan infeksi ginjal atau kandung kemih. Tes urine ini juga bisa dilakukan untuk melihat apakah ada gula ataua protein yang terkandung dalam urine.

3. Tes Darah

Tes darah dalam kontrol kehamilan berguna untuk mengetahui golongan darah termasuk status rhesus. Selain itu, tes darah juga bertujuan untuk mengukur hemoglobin.

Tes darah juga bisa dipakai untuk mengetahui infeksi tertentu seperti sifilis, cacar, hepatitis B, rubella, klamidia, HIV/AIDS, toksoplasma dan gonore.

4. Tes Skrining Janin

kontrol kehamilan
Sumber: beta.omnia-health.com

Tes skrining janin juga akan dilakukan selama sedang kontrol kehamilan. Tes ini nantinya bisa memberikan gambaran tentang kesehatan janin.

Sedangkan jenis tes yang dilakukan umumnya adalah tes darah atau USG kehamilan. Namun apabila diperlukan, maka dokter akan menyarankan untuk melakukan pemeriksaan genetik janin.

Selain itu, waktu perkiraan bayi lahir umumnya juga akan dibicarakan ketika kunjungan pertama. Pada saat ini, ibu bisa bertanya banyak tentang hal seputar kehamilan.

Dari mulai asupan yang sebaiknya dikonsumsi dan dihindari, vitamin atau obat yang dikonsumsi, olahraga yang aman sampai berhubungan selama kehamilan.

Jenis Pemeriksaan Selama Kontrol Kehamilan

Kontrol kehamilan tidak hanya berguna untuk melihat jenis kelamin janin dan melihat perkembangan, namun juga untuk melihat kemungkinan kelainan.

Jika bisa dideteksi semakin cepat, maka tentunya akan semakin mudah diatasi. Berikut ini adalah beberapa pemeriksaan yang biasanya paling umum dilakukan ketika kontrol kehamilan:

1. Tes Amniosintesis

Amniosintesis merupakan salah satu tes yang akan dilakukan selama kontrol kehamilan. Ini berguna untuk mengetahui apakah ada gangguan genetik pada bayi dengan cara memeriksa cairan amnion atau cairan ketuban.

Cairan yang mengandung sel serta bahan tertentu tersebut nantinya akan memperlihatkan kesehatan bayi. 

Tes akan dilakukan dengan cara menusukkan jarum ke kantung ketuban lewat perut ibu. Jenis tes ini umumnya akan dilakukan antara minggu ke-15 serta ke-20 kehamilan meski juga bisa dilakukan pada usia kehamilan lebih tua seperti pada kehamilan trimester ketiga. Tes ini akan diutamakan untuk ibu hamil dengan risiko tinggi seperti:

  • Ibu dengan riwayat keluarga gangguan genetik.
  • Ibu yang hamil di atas usia 35 tahun.
  • Ibu dengan hasil tes abnormal pada down syndrome di trimester pertama kehamilan.
  • Ibu dengan kelainan ketika pemeriksaan USG.
  • Ibu dengan sensitasi Rh.

Dengan tes tersebut maka bisa diketahui jika terjadi kelainan janin. Selain itu, tes ini juga bisa memeriksa tentang kelainan bawaan, tingkat kematangan paru janin, serta melihat infeksi cairan aminion.

Ini semua sangat penting supaya bayi bisa lahir dalam kondisi yang sehat termasuk juga menjaga kesehatan ibu selama hamil.

2. Chrionic Villus Sampling atau CVS

Tes yang akan dilakukan selama kontrol kehamilan selanjutnya adalah chrionic villus sampling atau VPS. Ini merupakan tes yang dilakukan di awal kehamilan dengan tujuan memeriksa masalah perkembangan janin dari ibu dengan riwayat masalah genetik. Ini lebih dikhususkan lagi untuk ibu yang hamil pada usia 35 tahun ke atas.

Prosesnya akan dilakukan pada awal kehamilan dengan cara mengambil jaringan plasenta dalam rahim lewat pembedahan serviks sekitar setengah jam.

Sebelum tes dilakukan, maka umumnya akan dilakukan konsultasi antara dokter dan pasangan mengingat risiko keguguran mungkin saja terjadi sekecil apapun.

Untuk itu ketika ingin melakukan tees ini, maka sebaiknya cari informasi sebanyak mungkin dan persiapkan mental dengan baik.

3. Tes Toleransi Gula Darah atau Glucose Tolerance Tests

Tes selanjutnya yang dilakukan selama kontrol kehamilan adalah tes toleransi gula darah atau glucose tolerance tests. Tes ini berfungsi untuk melihat apakah ibu menglami diabetes atau tidak.

Selama hamil, ibu juga bisa saja mengalami diabetes melitus yang biasa disebut dengan diabetes gestasional. Tes juga disarankan untuk ibu yang hamil diatas 35 tahun, kegemukan dan mengalami tekanan gula darah tinggi di kehamilan sebelumnya.

Jika memang dinyatakan positif diabetes, maka wajib melakukan diet diabetes serta minum anti-diabetis oral. Jika kadar gula terlampau tinggi, maka kemungkinan juga harus dirawat untuk mendapatkan suntikan insulin.

Baca: Diabetes saat hamil

Jika dalam pemeriksaan berat badan bayi sangat besar, maka dilakukan induksi kehamilan minggu ke-36 hingga 38 untuk menghindari komplikasi persalinan.

4. Tes Darah

Selama masa kehamilan, pemeriksaan darah sebanyak beberapa kali mungkin akan dilakukan dalam kontrol kehamilan. Namun, pemeriksaan ini sangat aman dan tidak akan berisiko untuk bayi. Dengan pemeriksaan ini, maka akan ada beberapa hal yang bisa diketahui, seperti:

  • Kadar zat besi di dalam darah: Jika rendah, maka ibu akan lebih mudah lesu dan lelah. Untuk itu, konsumsi makanan tinggi zat besi seperrti daging merah dan bayam. Jika kadar zat besi terus berubah, maka lakukan tes kembali di kehamilan 28 minggu.
  • Golongan darah dan faktor rheses ibu: Dokter harus mengetahui golongan darah ibu dan apakah rhesus positive [RH+] atau rhesus negative [RH-]. Jika RH- dan mengandung bayi dengan RH+, maka tubuh ibu akan memproduksi antibodi untuk melawan sel darah RH+. Ini akan berbahaya untuk janin sehingga golongan darah wajib diketahui dokter.
  • Infeksi karena virus: Tes darah juga berguna untuk melihat beberapa infeksi virus seperti toxoplasma, cytomegalovirus dan rubella yang berbahaya untuk kesehatan janin. Tes ini dinamakan dengan pemeriksaan TORCH untuk melihat antibodi di dalam darah ibu.

Kehamilan menjadi masa-masa yang sangat rentan. Untuk itu, sangat penting bagi ibu agar bisa meluangkan waktu lebih untuk memperhatikan kondisi tubuh sendiri dan juga bayi. Salah satu cara terpenting yang harus dilakukan adalah dengan kontrol kehamilan teratur untuk menghindari hal hal yang tidak diinginkan.

Editted: 26/06/2021 by IDNarmadi.

Tinggalkan komentar