Pentingnya Menjadi Orang Tua yang Sabar, Simak 6 Hal Ini!

Melakukan peran sebagai orang tua memang bukanlah hal yang mudah dilakukan. Bukan hanya berkewajiban memenuhi kebutuhan hidup anak, tapi Anda juga dituntut menjadi orang tua yang sabar.

Dan tugas ini akan mulai terasa berat saat anak sudah beranjak usia remaja. Mengapa? Di tahap ini, seiring dengan perubahan fisiknya, anak juga mulai mengalami perkembagan emosional.

Namun, anda tidak perlu khawatir karena Ini bukan pertanda buruk. Perubahan kondisi ini justru ikut menandai kesiapan proses pertumbuhan anak secara mental.

Dan orang tua pun juga harus ikut mempersiapkan bagaimana cara menghadapi anak usia remaja. Menurut sebuah penelitian dari Universitas Harvard, usia remaja mampu mengalami begitu banyak jenis emosi secara bersamaan.

Namun disaat yang bersamaan, tanpa disadari anak sulit membedakan seluruh emosi tersebut. Dan dampaknya, anak pun berada dalam kondisi emosional yang tidak stabil sehingga cenderung mudah meledak.

Terlebih di fase ini anak sudah lebih mampu menilai keadaan dan perlahan membangun kepercayaan diri dengan lingkungan sosialnya. Konflik gesekan kecil saja yang terjadi di antara kedua hal itu sudah mampu memberikan keterpurukan besar bagi anak.

Dengan kontrol emosional yang masih rendah, pelampiasannya pun akan lebih destruktif. Oleh sebab itu, butuh trik khusus untuk menjadi orang tua yang sabar.

Tips Jitu Menjadi Orang Tua yang Sabar

Menghadapi anak dalam usia remaja tentu memiliki tak-tik khusus yang harus direncanakan. Karena salah sedikit saja, anak bisa-bisa semakin memberontak dan tidak terkendali. Silahkan baca artikel kami tentang cara mendidik anak remaja di sini.

Menjadi orang tua yang sabar dan mengendalikannya akan jauh lebih sulit bukan? Oleh sebab itu, berikut ini tips dan trik menjadi orang tua yang sabar:

1. Ketahui Dulu Seperti Apa Karakter Anak

Untuk mempersiapkan diri agar menjadi orang tua yang sabar di depan anak, sangat penting untuk mencari tahu bagaimana karakter dasar anak.

Perlu anda tahu, cara mengetahui karakter anak paling mudah adalah melihat kembali bagaimana karakter orang tua. Dan hal ini tidaklah mengherankan karena secara naluriah, anak dapat meniru apa yang dilihat di sekitarnya.

Oleh karena itu berikanlah contoh yang baik seperti menjadi orang tua yang sabar agar karakter anak ikut tumbuh dengan baik.

Tapi, selain hidup bersama keluarganya, tentu anak juga berinteraksi aktif bersama teman-temannya di sekolah. Circle inilah yang juga memberikan pengaruh cukup signifikan bagi pertumbuhan karakternya selain dari keluarga. Apalagi pergaulan remaja di masa ini sangat berbeda dari jaman anda remaja dulu.

Karena belum cukup mampu memfilter apa yang dilihat, seluruh pengaruh luar tersebut akan terus melekat di dalam dirinya. Hingga pada saat tertentu, baik yang dilihatnya dari keluarga dan lingkungan sosialnya inilah yang membentuk karakter khas anak.

Menjadi Orang Tua yang Sabar
Menjadi Orang Tua yang Sabar

Nah untuk sebuah karakter khasnya, ada baiknya untuk amati dulu bagaimana perubahan sikap anak saat berada di rumah

* Perkembangan Emosi Yang Lebih Fluktuatif

Memang, biasanya anak dalam usia ini cenderung bersikap tidak stabil. Ada saja yang membuatnya marah lalu tiba-tiba terlalu cemas hingga mendadak sedih berkepanjangan. Terkadang perubahan emosi ini malah akan membuat orang tua yang sabar jadi tidak sabar lagi menghadapi sifatnya.

Namun sebernarnya, inilah waktu yang tepat untuk anda mencari tahu apa karakter dasar anak. Apakah anak termasuk pribadi yang terbuka atau tertutup, temperamental atau melankolis, apakah inisiatif atau harus dibujuk terlebih dahulu.

Masing-masing memiliki cara menghadapi yang berbeda dan harus dilakukan dengan tepat. Setelah tahu bagaimana kondisi anak, orang tua akan lebih mudah mencari cara dan mempersiapkan diri saat akan menghadapi anak. Ternyata memang tidak gampang menjadi orang tua yang sabar. Butuh latihan dan jam terbang.

Baca: Cara mendidik anak dalam Islam

* Tumbuh Sikap Pemberontak

Menjadi orang tua yang sabar harus mampu menerima kenyataan bahwa anak memiliki sikap pemberontak. Seiring dengan perkembangan emosinya, anak juga tumbuh sikap pemberontaknya. Mulai dari menunjukkan sikap yang bertentangan dengan batasan hingga tak jarang akan menyinggung perasaan orang tua.

Sikap melawan ini tentu akan sangat menguji setiap orang tua untuk bagaimana bereaksi. Dan seringkali reaksi yang muncul adalah memarahi anak dengan teriakan lalu menghukumnya.

Sayangnya, sikap seperti ini justru akan semakin memancing anak memberontak. Yang ada hal seperti ini akan selalu terulang dan tidak menemukan penyelesaian.

Menjadi orang tua yang sabar harus memahami kesulitan anak memisahkan emosi, baiknya pahami dulu kondisi perkembangan remajanya. Pahamilah di sini anak belum memiliki pengalaman yang cukup untuk menghadapi benturan keadaan dalam dirinya.

Di satu sisi ada batasan perilaku, namun di sisi lain batasan itu menurutnya tidak pas dengan keinginan menunjukkan siapa dirinya.

2. Menerima Kondisi Perkembangan Anak

Menjadi orang tua yang sabar wajib bisa untuk menerima berbagai kondisi perkembangan anak. Pada tahap perkembangan usianya, anak cenderung memilih untuk terlihat berbeda dari fase sebelumnya.

Baginya, sudah bukan jamannya lagi untuk bersikap seperti anak kecil. Anak menginginkan untuk diperlakukan layaknya orang dewasa. Namun sebenarnya anak pun masih dibayangi kebiasaan masa kecilnya yang belum bisa ia sendiri lepaskan.

Gejala-gejala seperti ini akan terus terjadi selama masa tumbuh kembangnya. Dan jika selalu dihadapi dengan kemarahan orang tua, keadaan ini tentu sangat mengkhawatirkan. Dalam dirinya sangat mungkin muncul perasaan tidak percaya pada orang tua. Atau bahkan mengabaikan posisi orang tua yang harus dihormati.

Sebaliknya, anak akan menjadi lebih stabil dan teratur saat orang tua mampu memahami fase yang sedang dihadapi anak.

Dengan menghargai sikap yang dipilihnya sambil selalu mengarahkan pelan-pelan, anak akan merasa dirinya mampu. Kepercayaan diri anak dan kepercayaannya kepada orang tua pun akan terus tumbuh meski dirinya tetap bersikap berseberangan.

Langkah ini bisa dibilang sebagai cara berdamai dengan anak. Meskipun akan menguras habis kesabaran dengan menahan emosi yang sudah memuncak, namun kesehatan psikologis anak lebih penting.

Dengan begini anak akan terus merasa dihargai dan terus menumbuhkan pengaruh positif. Alih-alih menghakimi, arahan-arahan orang tua akan terdengar sebagai pesan yang men-support-nya untuk terus melangkah.

Baca: Cara mendidik anak agar lebih patuh dan disiplin

3. Ajak Anak Untuk Selalu Berkomunikasi

Menjadi orang tua yang sabar kudu telaten mengajak anak berkomunikasi. Masalah tidak akan selesai jika tidak diceritakan. Begitu juga dengan keadaan anak yang sedang dalam kebingungan memaknai emosinya sendiri.

Jangan kaget ketika anak yang sebelumnya aktif bercerita semua momen yang dilaluinya lalu berubah semenjak remaja.

Bukan karena anak sudah tidak aktif bercerita berarti tidak ada masalah dalam dirinya. Sebenarnya anak lebih gengsi untuk menceritakan apa saja yang dialaminya karena sudah merasa bisa meng-handle­ semua.

Sikap membiarkan dan menilai anak tidak memiliki konflik batin justru akan semakin membawa kondisi anak lebih buruk lagi.

Menunggu anak untuk kembali bercerita juga bukanlah pilihan yang tepat karena anak lebih ingin membuktikan dirinya bisa menampung permasalahannya.

Baiknya, mulailah membuka komunikasi bersama anak dengan hal-hal yang ringan dan menarik minatnya. Secara tidak sadar, hal-hal kecil ini akan menumbuhkan sisi terbukanya pada orang tua. 

Di usianya kini, figur yang paling membuatnya merasa diakui adalah temannya. Maka tidak heran anak akan lebih mempercayakan cerita hidupnya kepada teman-temannya.

Perubahan ini sebenarnya bukanlah ancaman. Malah ini adalah clue untuk segera memposisikan diri sebagai temannya yang setia mendengarkan, mendukung, dan tidak mengajari.

Dengan cara ini, lambat laun anak akan merasa semakin nyaman menceritakan semuanya. Mulai dari hal-hal yang dilihatnya sehari-hari, permasalahan yang sedang dihadapi, hingga hal-hal yang memberatkannya.

Untuk menjadi orang tua yang sabar, anda pun jadi lebih paham kesulitan anak dengan pikiran yang lebih tenang dan terbuka. Alternatif untuk menanggapinya pun akan mengalir lebih positif. Di saat yang bersamaan, gaya berkomunikasi ini juga membantu anak ikut mengerti proses hidupnya saat ini.

Baca juga: Pentingnya Mendidik Anak di Era Digital Agar Tak Kebablasan

4. Berikan Ruang Untuk Anak Mejelaskan Lebih Dulu

Jangan langsung memberondongnya dengan sejuta pertanyaan atau bahkan menghakimi anak setelah melakukan kesalahan. Meskipun bermaksud agar anak bisa mengungkapkan kejujuran, namun posisi seperti ini bukan yang membuat anak nyaman.

Malah sebaliknya, anak akan mencari jawaban lain yang tidak akan membuatnya dimarahi. Secara tidak langsung, cara seperti ini justru mengajarkan anak untuk mencari-cari alasan dan berbohong. Pastinya sikap ini bukanlah apa yang diinginkan orang tua.

Apapun keadaannya, memberikan ruang lebih dulu pada anak untuk menjelaskan apa yang sudah diperbuatnya merupakan langkah yang bijak dilakukan. Ini akan memancing anak untuk berkata jujur dan mampu bertanggung jawab atas perbuatannya.

Memang, kejujuran itu kadang menyakitkan dan tidak sesuai seperti harapan. Namun, cara ini jauh lebih baik untuk anak berproses ketimbang mematikan niat berani mengakui yang akan memberikan efek jangka panjang.

Selain itu, dengan kesempatan yang pertama kali diberikan untuknya juga akan menumbuhkan kepercayaan pada dirinya sendiri bahwa ia diakui.

5. Hindari Nada Menghakimi

Menjadi Orang Tua yang Sabar
Menjadi Orang Tua yang Sabar

Sudah memberikan kesempatan pada anak untuk berbicara lebih dulu bukan berarti tetap bisa menanggapinya dengan nada menghakimi.

Dalam periode tumbuh kembangnya, anak masih mencari jati diri yang pas dari pola-pola penyampaian yang dilihatnya. Dalam fase ini, menjadi orang tua yang sabar menjadi sangat penting.

Dan ketika anak berbuat satu kesalahan lalu dibuat dalam keadaan terpojok, anak akan merasa seluruh perbuatannya selalu salah. Dampaknya terhadap anak pun bisa dua macam. Apakah anak akan menjadi pribadi yang pesimistik atau apatis lalu terus melawan karena tidak ada yang mengertinya.

Jadi sangat penting untuk memahami anak, apakah sedang dalam keadaan marah, sedih atau keadaan mengkawatirkan lainnya.

Di titik ini akan lebih bijak dalam menjaga ucapan orang tua atas kesalahan anak sehingga tidak menyakiti hatinya. Dan anak pun juga akan mendapatkan contoh baik dari orang tua yang akan menjadi pembelajarannya saat dewasa nanti.

6. Jangan Sampai Terpancing Emosi

Menjadi orang tua yang sabar tentunya sulit untuk diterapkan. Pembawaan anak yang mudah meledak atau kelakukan yang mengkhawatirkan seringkali di luar perkiraan anda bukan? Terkadang bisa muncul bersamaan saat orang tua berada dalam masalah atau keadaan stres berat.

Emosi-emosi puncak seperti ini yang jika bertemu pada saat yang sama akan menimbulkan gesekan antara orang tua dan anak. Dan ujungnya secara spontan orang tua akan menanggapi dengan bentakkan, meneriaki, bahkan tidak jarang ditambah dengan kekerasan.

Sudah terbukti oleh ahli bahwa bentuk tanggapan seperti ini bukanlah cara yang tepat untuk ditunjukkan pada anak.

Anak akan jadi lebih mudah sensitif dan secara tidak sadar membentuknya menjadi pribadi yang lebih emosional dan temperamental. Di sisi lain, orang tua pun tidak mengerti secara lengkap bagaimana keadaan yang dihadapi anak.

Agar tidak terpancing emosi, akan jauh lebih baik untuk mengatur diri dalam keadaan setenang mungkin. Cara paling mudah membawa pikiran lebih rileks bisa dicoba dengan menarik napas dalam.

Dilakukan dengan tempo dan ritme yang teratur lalu diembus secara perlahan hingga terasa sudah stabil. Dengan begini setidaknya dapat menghindari diri dari luapan emosi spontan yang bisa saja di luar kendali.

Jika belum mampu untuk berbicara tenang, buatlah dulu jarak dengan anak. Misalnya menjauh ke kamar atau ke taman yang lebih memberikan pengaruh segar. Dan setelah semuanya siap, ajaklah anak kembali untuk berbicara dengan nada yang lebih terkendali namun tetap tegas.

Penyampaian dan gaya tanggapan seperti ini akan jauh lebih mudah diterima anak tanpa membuatnya merasa lebih tertekan atau lebih memberontak.

Menjadi orang tua yang sabar dalam mengasuh anak memang butuh kesabaran yang ekstra. Cara-cara yang ditunjukkan pun juga harus tepat agar tidak melukai sisi psikologis anak. Jadi sangat penting untuk berhati-hati melakukan apapun agar anak tetap menjadi anak yang patuh dan penurut.

Editted: 16/06/2021 by IDNarmadi.

Tinggalkan komentar