10 Metode Trauma Healing pada Anak yang Efektif

Untuk anak-anak yang yang mengalami sebuah kondisi seperti bencana alam, tentunya berpotensi mengalami trauma dan semakin rentan terhadap stres.

Gangguan trauma paskastres atau PTSD menjadi kondisi gangguan mental karena peristiwa mengerikan seperti kecelakaan, bencana alam, perang dan sebagainya.

Ketika ini sudah terjadi, maka trauma healing pada anak sangat penting dilakukan untuk mengembalikan kondisi kejiwaan anak.

Dampak dari trauma sendiri sangat banyak dari mulai yang ringan hingga berat. Beberapa dampak diantaranya adalah merasa cemas dan terganggu, selalu terbayang dengan kejadian tersebut, mimpi buruk dan sulit tidur dan sebagainya.

Ini tidak boleh dibiarkan terlalu lama dan harus dibantu kondisi psikologis dari pengalaman tersebut dengan cara trauma healing pada anak.

Gangguan PTSD untuk anak korban bencana umumnya baru muncul sesudah 1 bulan. Sementara untuk gangguan trauma yang terjadi kurang 1 bulan dinamakan dengan Acute Stress Disorder atau ASD. Umumnya, anak yang terkena ASD ini bisa pulih dari gangguan trauma dan hanya butuh dukungan psikososial saja.

Sementara untuk gangguan PTSD membutuhkan penanganan khusus seperti terapi psikis dengan intervensi khusus. Jika memang sudah sangat mengganggu, maka bisa dipertimbangkan untuk diberikan obat-obatan.

Intinya adalah trauma healing pada anak memang sangat penting dilakukan karena menyangkut pada masa depan anak-anak.

Gejala Trauma Pada Anak

Berikut ini gejala trauma pada anak:

Baca: Trauma healing pada korban pelecehan

Anak menjadi pendiam

Umumnya, sifat alami seorang anak ialah riang dan terbuka dengan semua orang. Namun hal ini berbeda untuk anak yang sedang mengalami trauma. Anak akan menjadi lebih pendiam, tertutup dan menjauh.

Bahkan, anak akan menarik diri dari pergaulan teman sesamanya. Anak akan lebih sering menyendiri dan bermain sendiri tanpa tertarik untuk bergaul.

Lebih gampang terjadi perubahan emosi

Anak yang mengalami trauma dikarenakan suatu kejadian, maka anak akan lebih sering megalami perubahan emosi. Misalnya saja secara tiba-tiba mengalami ketakutan, menangis tanpa sebab yang jelas, bahkan menyalahkan dirinya sendiri.

Jika hal ini terjadi ada baiknya untuk menanyakan apa yang terjadi. Namun, jangan memaksanya untuk bercerita. Keterpaksaan akan membuatnya lebih tertekan dan menjauh.

Perilaku berubah

Umumnya, perubahan emosi anak yang sedang trauma dibarengi juga dengan perubahan perilaku. Misalnya saja, sebelumnya anak tersebut tidak pernah mengompol lagi.

Namun, ia kembali sering mengompol dikarenakan rasa takut atau cemas. Contoh lain yang lebih parah adalah jika anak tersebut mendadak tidak mau makan. Tentu akan berdampak buruk bagi kesehatannya.

Perubahan prilaku lainnya ialah anak mengalami mimpi buruk, sulit tidur bahkan tidak bisa dipisahkan dari orang terdekatnya.

Jadi manja

Anak yang sedang mengalami trauma akan bertingkah layaknya bayi kembali, seperti mengoceh, berbicara tidak jelas dan lain sebagainya.

Jika hal ini terjadi, sebaiknya dekati anak dan tanyakan apa yang terjadi, jangan langsung memarahinya. Bisa jadi, sifat manjanya dikarenakan anak butuh perlindungan yang lebih.

Mengalami sakit

Walaupun dalam dunia medis hal ini belum bisa dibuktikan namun anak yang mengalami trauma terkadang mengeluh jika fisiknya sakit. Seperti sakit perut, pusing, dan lain sebagainya.

Dampak Buruk Trauma  Pada Anak

Tanpa disadari, kehilangan orang yang disayangi atau mengalami peristiwa tertentu sangat mengganggu anak-anak. Kejadian traumatis bisa merusak rasa kenyamanan anak-anak dan membuat anak merasa rentan dan tidak berdaya.

Untuk itulah, trauma healing pada anak menjadi hal yang wajib dilakukan agar masa depannya juga bisa berjalan dengan lebih baik.

1. Trauma Anak Dibawah 5 Tahun

Untuk anak-anak yang berusia di bawah 5 tahun, trauma bisa memberikan rasa takut yang luar biasa. Anak nantinya akan selalu ingin lebih dekat dengan orang tua atau pengasuh.

Anak juga mungkin akan sering mnejerit, menangis atau merintih. Bahkan untuk anak lainnya juga bisa semakin aktif, bergerak tanpa jelas tujuannya atau tidak mau bergerak sama sekali.

2. Trauma Pada Anak Usia 6 Hingga 11 Tahun

Untuk trauma pada anak usia 6 sampai 11 tahun, efek dari trauma bisa membuat anak kehilangan minat keluarga, teman atau kegiatan. Bahkan, trauma juga bisa menyebabkan anak mengalami mimpi buruk atau masalah tidur. Anak juga semakin mudah tersinggung, marah atau semakin mudah terganggu.

Trauma pada anak juga berhubungan dengan kesulitan belajar di sekolah atau ketika mengerjakan pekerjaan rumah.

Kondisi ini bisa membuat anak sering mengeluh tentang masalah fisik, takut tidak berdasar, tertekan, mati rasa dari segi emosional. Dengan begitu banyaknya akibat dari trauma, maka trauma healing pada anak memang penting untuk dilakukan.

3. Trauma Pada Anak usia 12 Hingga 17 Tahun

Untuk anak dalam rentang usia ini, trauma bisa menyebabkan anak mengalami mimpi buruk. Selain itu, anak juga bisa menyalahgunakan obat-obatan, tembakau serta alkohol.

Anak di rentan usia ini yang mengalami trauma juga semakin senang mengganggu orang lain, tidak sopan dan sering merusak sesuatu. Sedangkan di sisi berbeda, anak bisa merasa seperti bersalah, dikucilkan atau bahkan depresi bahkan hingga bunuh diri.

Baca: Trauma healing pada orang dewasa

Cara Melakukan Trauma Healing Pada Anak

Trauma Healing Pada Anak
Trauma Healing Pada Anak

Berikut ini cara melakukan trauma healing pada anak:

1. Tetap Lakukan Komunikasi Seperti Biasa

Menghadapi anak yang terkena trauma sebaiknya harus dilakukan dengan hati-hati supaya anak tidak semakin merasa sedih.

Trauma healing pada anak yang harus dilakukan pertama kali adalah mengajak anak berkomunikasi seperti biasa. Contohnya bertanya tentang kondisi anak dan yang sedang dipikirkan serta dirasakan.

Anak-anak mungkin masih merasa bingung dan tidak mengerti dengan yang sedang terjadi. Lewat berkomunikasi, maka diharapkan anak tidak merasa jika sedang sendirian.

Usahakan supaya anak bisa menceritakan apa yang sebenarnya sedang dirasakan. Ini khususnya harus dilakukan pada anak yang kehilangan anggota keluarganya atau mengalami luka akibat bencana.

Sebisa mungkin, kuatkan anak serta berikan motivasi positif agar anak bisa menghadapi masalah tersebut. Sesudah mengalami suatu musibah, anak sebaiknya jangan juga dipisahkan dari anak yang lain supaya bisa merasakan kebersamaan.

Ini penting supaya anak tidak memendam perasaan yang akhirnya memperburuk trauma dan rasa sedihnya tidak kunjung hilang.

2. Ceritakan Tentang Fakta Kejadian yang Sebenarnya

Trauma healing pada anak selanjutnya yang bisa dilakukan adalah menceritakan tentang fakta kejadian yang sebenarnya. Namun, ini harus dilakukan dengan syarat menggunakan kalimat yang mudah dipahami oleh anak.

Pastikan untuk jujur ketika becerita pada anak supaya anak tidak berimajinasi terlalu berlebihan tentang kejadian yang menimpanya.

Saat anak merasa sedih dan juga takut, maka beri penjelasan tentang peristiwa traumtis yang sudah pernah dilewati anak tersebut.

Ini bertujuan supaya emosi anak bisa dilepaskan. Ini menandakan jika anak masih memikirkan masalah tersebut. Dengan menceritakan fakta, maka diharapkan anak bisa lebih tenang untuk kedepannya dan lebih jujur dengan yang dirasakan.

3. Kuatkan Mental Anak dan Bangun Semangatnya

Cara trauma healing pada anak selanjutnya adalah dengan menguatkan mental dan membangun semangat anak. Ajarkan anak agar mau berkumpul sertabermain supaya bisa melupakan kejadian traumatis dan membuatnya sedih tersebut.

Trauma healing pada anak sebenarnya tidak boleh disepelekan, sebab jika tidak sembuh bisa berpengaruh pada psikologi anak di masa depan.

Baca: Tips agar anak berani dan percaya diri

4. Biarkan Anak Bermain Dengan Teman Sebaya

Bagaimana pun kondisinya, anak tetaplah anak-anak yang selalu mencari kesenangan. Khususnya apabila anak punya teman yang seumuran, maka kejadian traumatis tersebut akan semakin mudah untuk dilewati.

Inilah mengapa membangun tempat bermain dan belajar atau sekedar mendengarkan cerita yang menarik sangat penting dalam trauma healing.

5. Jangan Menunjukkan Rasa Sedih Terlalu Berlebihan

Trauma Healing Pada Anak
ilustrasi penanganan truma healing pada anak

Untuk trauma healing pada anak, sebaiknya jangan tunjukkan rasa sedih yang terlalu berlebihan. Rasa kasihan dan sedih tentunya sudah banyak dirasakan anak yang ditunjukkan oleh orang dewasa.

Namun meski kondisinya memang sangat menyentuh, sebaiknya jangan memperlihatkan rasa sedih yang terlalu berlebihan.

Ada baiknya, trauma healing dilakukan tetap dalam kondisi yang tenang agar anak bisa merasa lebih tenang. Selain itu, nantinya anak juga akan merasa lebih terlindungi dan tidak panik karena kondisi traumatis tersebut. Trauma healing sendiri menjadi hal yang sangat harus untuk anak untuk memperbaiki kesehatan psikologis anak.

6. Pastikan Selalu Menemani Anak

Menemani anak sesudah melewati suatu musibah juga harus dilakukan supaya anak bisa merasa aman dan tetap tenang. Untuk itu, usahakan supaya tidak meninggalkan anak yang sedang trauma seorang diri.

Biarkan anak tetap ada di sekitar orang tua atau orang dewasa yang dikenal. Nantinya, rasa aman dan nyaman bisa membuat rasa percaya diri anak kembali sekaligus mengatasi kondisi trauma tersebut.

7. Kurangi Media Massa Ketika Proses Trauma Healing Pada Anak

Ketika sebuah musibah terjadi seperti bencana alam, maka biasanya akan ada banyak berita di media seperti sosial media atau TV. Sebaiknya ketika trauma healing, jauhkan anak dari segala berita media massa yang bisa membuat anak kembali mengingat situasi tersebut. Buatlah anak sibut dengan melakukan berbagai aktivitas yang lainnya.

8. Buat Aktivitas yang Menyenangkan

Untuk trauma healing pada anak, ajak mereka untuk melakukan aktivitas yang menyenangkan. Contohnya seperti melakukan kegiatan atau hobi yang bisa membuat anak menjadi lebih sibuk.

Dengan melakukan aktivitas menyenangkan, maka anak diharapkan bisa lebih cepat melupakan pengalaman tidak menyenangkan sesudah sebuah musibah.

9. Libatkan Anak Pada Kegiatan Sosial

Mengikutsertakan anak pada kegiatan sosial yang berkaitan dengan penanggulangan bencana juga menjadi trauma healing pada anak.

Kegiatan sosial seperti ini akan membuat anak bisa paham tentang kondisi pascabencana lebih baik. Nantinya, anak bisa memiliki pengalaman tentang yang harus dilakukan ketika menghadapi bencana tersebut.

10. Minta Bantuan Pada Pengasuh atau Guru

Untuk trauma healing pada anak selanjutnya juga bisa dilakukan dengan meminta bantuan pengasuh atau guru. Minta mereka agar mau membantu mengawasi ketika memang orang tua tidak bisa melakukannya. Tanyakan pada guru atau pengasuh tentang kelakuan anak sehari-hari atau jika memang ada sesuatu yang tidak biasa.

Beberapa tips untuk trauma healing pada anak yang sudah disebutkan di atas bisa dicoba dilakukan di rumah.

Namun jika anak memang terlihat masih trauma, stres atau cemas, maka sebaiknya segera minta bantuan profesional. Selain itu, pastikan juga untuk melakukan diskusi dengan psikologis atau dokter anak agar ditemukan solusi terbaiknya. – Editted: 16/06/2021 by IDNarmadi.

Tinggalkan komentar