Co-Parenting Adalah Pola Asuh Anak Bagi Pasangan Bercerai, Pentingkah?

Co-parenting adalah salah satu pola asuh anak yang seringkali diterapkan oleh para pasangan yang sudah bercerai.

Co-parenting adalah cara pengasuhan yang dibuat oleh Association of Separated Parents atau komunitas orang tua bercerai yang ada di Italia.

Anda mungkin masih cukup asing dengan metode atau pola pengasuhan co-parenting ini meski sudah mulai diterapkan oleh sebagian masyarakat.

Penerapan pola asuh ini bisa dibilang semakin tenar seiring dengan semakin meningkatnya angka perceraian di Indonesia setiap tahunnya.

Banyak pasangan cerai di Indonesia yang menganggap bahwa telah menerapkan metode co-parenting ini dalam mengasuh buah hati.

Namun, pada kenyataannya pengasuhan bersama atau co-parenting sesudah bercerai bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan.

Nah, untuk mengetahui tentang pola pengasuhan bersama ini, simak penjelasan lebih detailnya di bawah ini.

Co-Parenting Adalah Pola Asuh Apa?

Jika dilihat dari pengertiannya, co-parenting adalah metode pengasuhan bersama yang dilakukan, dimana mantan pasangan ikut mengasuh anak setelah perceraian.

Jadi meski sudah berpisah, pasangan yang sudah cerai ini berharap dapat merawat anak secara bersama-sama dengan menerapkan pola asuh yang sudah disepakati.

Hanya saja, penerapan pengasuhan bersama ini tidak semudah yang dibayangkan oleh kebanyakan orang.

Pasalnya, dalam pola asuh ini dibutuhkan kerja sama orang tua dalam memberikan dukungan baik moral maupun fisik anak.

Prinsip Utama Pola Asuh Co-Parenting

Setelah mengetahui tentang maksud dari co-parenting, maka Anda perlu mencari tahu tentang prinsip utama pola pengasuhan bersama ini sebelum mulai menerapkannya.

Salah satu prinsip dari co-parenting adalah berusaha untuk selalu mendahulukan kebutuhan anak baik emosional maupun fisik dibanding perasaan pribadi.

Seperti yang diketahui, gaya parenting ini sangat membutuhkan fleksibilitas, komunikasi yang terbuka, konsisten dan juga kesabaran.

Selain itu, dibutuhkan kerja sama dan kemauan dari kedua orang tua untuk berkompromi dan bernegosiasi tentang pengasuhan buah hati.

Misalnya dalam hal ini orang tua harus mau bernegosiasi atau membicarakan tentang tabungan pendidikan anak di masa mendatang.

Meski kedengarannya sederhana, ternyata hal ini akan sangat sulit tercapai jika hubungan romantis antara kedua orang sudah tidak lagi ada.

Salah satu kunci utama agar co-parenting ini bisa berjalan lancar adalah dengan menjalin komunikasi yang terbuka dan baik.

Dalam hal ini, orang tua harus mau melakukan segala macam cara agar bisa mendengarkan satu sama lainnya.

Co-parenting adalah metode pengasuhan bersama yang sebenarnya bisa memberikan banyak manfaat, asal diterapkan dengan tepat.

Kenapa Perlu Menerapkan Co-Parenting?

Perceraian memang menjadi hal yang paling tidak diharapkan dan berusaha untuk dihindari oleh pasangan suami istri.

Co-Parenting Adalah

Namun jika solusi dari masalah rumah tangga yang tidak kunjung ditemukan, bercerai pun akhirnya menjadi pilihan yang terpikirkan.

Kondisi tersebut tidak hanya terasa berat untuk pasangan suami istri saja tapi juga anak-anaknya.

Mau tidak mau, anak pasti akan merasakan dampak dari keputusan perceraian yang dilakukan oleh orang tuanya.

Berikut ini, beberapa alasan yang perlu Anda ketahui saat menerapkan gaya co-parenting.

Menjadi Lebih Terarah

Gaya co-parenting ini memiliki banyak sekali manfaat dimana salah satunya yaitu menjadi lebih terarah.

Dengan menerapkan co-parenting ternyata dapat menumbuhkan kedisiplinan dan juga menjaga harga diri anak.

Anak akan menjadi lebih terarah dan tahu apa yang ia inginkan serta apa yang diinginkan orang tuanya.

Tetap Merasa Aman

Alasan selanjutnya dari co-parenting adalah anak akan tetap merasa aman karena ia tahu dan yakin bahwa akan selalu mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya.

Selain itu, akan lebih mudah dan cepat menyesuaikan diri dengan kondisi kehidupan  baru pasca orang tuanya berpisah.

Lebih Sehat Secara Mental

Tahukah Anda bahwa anak-anak yang menjadi korban perceraian kedua orang tuanya akan lebih mudah mengalami masalah mental.

Masalah mental yang dimaksud di sini seperti ADHD, depresi, gangguan kecemasan dan masih banyak lainnya.

Sehingga, penerapan co-parenting adalah untuk membantu anak agar terhindar dari masalah kesehatan sebagai dampak dari perpisahan orang tuanya.

Mampu Memecahkan Masalah

Co-parenting adalah pola pengasuhan yang memberi anak kesempatan untuk belajar berdasarkan contoh yang dilihatnya.

Dari sana anak akan belajar tentang bagaimana cara memecahkan masalah sendiri dengan tepat dan efektif.

Tidak hanya itu, pola asuh ini juga akan membuat anak belajar tentang cara bekerja sama dengan orang lain bahkan saat dalam situasi yang tidak diinginkan

4 Hal Penting Co-Parenting Menurut Psikologi

Seperti yang sudah dijelaskan untuk menjalankan prinsip co-parenting bukanlah hal yang mudah dilakukan karena dibutuhkan kedewasaan berpikir kedua belah pihak.

Co-Parenting Adalah

Co-parenting adalah pola asuh yang banyak dilakukan oleh para orang tua yang memutuskan untuk berpisah, sehingga butuh kebijakan demi kelanjutan nasib anak.

Lalu, bagaimana sebenarnya bagaimana cara mendidik anak menurut psikolog dalam kasus perceraian?

Berikut ini beberapa poin penting yang perlu diperhatikan dalam menjalankan co-parenting yang dikutip dari laman Psychologytoday.

1. Buat Jadwal yang Jelas dan Konsisten

Hal penting pertama yang perlu dilakukan oleh para orang tua yang menjalankan co-parenting selalu memastikan jadwal dan konsisten untuk menerapkannya.

Umumnya anak-anak terbiasa dengan sesuatu yang terencana dan juga terjadwal. Namun, saat orang tua bercerai akan terjadi masa-masa transisi.

Misalnya, Anda perlu memberi tahu jadwal berkunjung anak ke rumah ayah atau ibu mengingat orang tua sudah tidak lagi tinggal bersama.

Satu hal terpenting yang perlu Anda lakukan yaitu menjelaskan keadaan sebenarnya dan bantu anak melewati semuanya.

2. Terbuka dan Berkomitmen pada Pasangan

Hal kedua yang tidak kalah penting yaitu berusaha untuk berkomitmen dan terbuka pada pasangan.

Jangan lupa untuk merencanakan sejak awal bagaimana cara komunikasi yang dilakukan nantinya saat menginformasikan hal-hal terkait anak.

Jika memang tidak ingin bertemu langsung, maka Anda bisa membagikan informasi atau berkomunikasi via social media, email atau media lainnya.

Perlu diperhatikan, sebisa mungkin jangan pernah jadikan anak sebagai perantara informasi.

3. Tidak Melibatkan Anak dan Konflik Orang Tua

Perceraian memang tidak pernah dibayangkan dan pasti menyakitkan bagi kedua belah pihak.

Namun, alangkah baiknya tidak melibatkan anak karena hal tersebut dapat mengganggu psikis mereka.  

Dalam pola co-parenting adalah berusaha untuk tidak menempatkan anak di tengah konflik yang terjadi pada orang tuanya sendiri.

Dalam jangka panjang, anak yang terlibat dalam konflik orang tuanya akan sering merasa tak berdaya dan insecure.

Anak pun akan sering meragukan dan mempertanyakan kemampuan yang dimilikinya sendiri.

4. Lakukan Pembicaraan Positif di Rumah

Meski sudah tidak bersama lagi bukan berarti Anda harus menjelek-jelekan pasangan di depan anak.

Dalam hal ini Anda perlu melakukan positive talk atau pembicaraan positif tentang pasangan kepada anak.

Anda tentu tidak ingin jika anak membicarakan hal negatif terkait orang tuanya sendiri dimana dalam hal ini adalah mantan pasangan.

Meski hal itu sulit dilakukan karena masih tersimpan rasa sakit hati, dalam hal ini Anda hanya perlu menganggap bahwa mantan sebatas partner kerja saja.

Dengan begitu, Anda akan semakin ringan dalam melakukannya karena mengedepankan anak di atas segalanya.

Co-parenting adalah pola asuh yang banyak dipilih oleh pasangan yang telah bercerai karena dianggap memiliki banyak manfaat.

Dengan menerapkan co-parenting yang benar, Anda dan mantan pasangan tidak perlu lagi khawatir anak kekurangan kasih sayang.