Mengajarkan Anak Shalat dengan Tertib

Mengajarkan anak shalat merupakan salah satu kewajiban utama orang tua. Orang tua berkewajiban untuk menjadikan anaknya sebagai anak yang shalih, dan ini termasuk perkara yang sangat utama.

Dan di antara bukti dari keshalihan anak adalah seberapa baik ia dalam shalatnya. Jika anak telah terbiasa mengerjakan shalat fardhu tepat waktu dan berjamaah, menunaikan rukun dan sunnah shalat dengan baik, serta melengkapi dengan shalat-shalat nafilah (tambahan selain yang wajib), insya Allah predikat shalih lebih dekat kepada si anak.

Keshalihan orang tua tidak menjamin akan turun secara otomatis kepada anak. Betapa banyak kisah orang-orang shalih yang dimuliakan oleh Allah, tetapi anaknya dalam keadaan durhaka kepada-Nya.

MENGAJARKAN ANAK SHALAT DENGAN TERTIB #rumahkusurgaku - narmadi.com/properti
MENGAJARKAN ANAK SHALAT DENGAN TERTIB #rumahkusurgaku – narmadi.com/properti

Bahkan mereka menjadi generasi buruk setelah generasi yang beriman. Allah Ta’ala menggambarkan dua generasi ini dalam Surat Maryam ayat 58 – 60.
Firman-Nya,

“Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para Nabi dari keturunan Adam, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil (Yaqub), dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis. Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun.”

(QS. Maryam : 58-60)

Generasi yang buruk tersebut memilii karakteristik adhoo’us shalaat, menyia-nyiakan shalat. Shalat merupakan ibadah yang paling utama, tiang agama serta sebaik-baik bentuk ibadah, yang apabila ia ditinggalkan maka pasti mereka lebih menyia-nyiakan kewajiban dan ibadah yang lain.

Padahal, pentingnya shalat sampai dijadikan sebagai barometer pembeda keimanan dan kekufuran, sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

الْعَهْدُ الَّذِيْ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ الصَّلاَةُ، فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ.
“Batas yang ada di antara kami dan mereka adalah shalat, maka barangsiapa meninggalkannya, sungguh-sungguh ia telah kafir.”

(HR. At-Tirmidzi dan An-Nasai. At-Tirmidzi berkata hadits ini hasan shahih).

Mengajarkan anak shalat dengan baik dan benar

shalat pembatas islam #rumahkusurgaku - narmadi.com/properti
MENGAJARKAN ANAK SHALAT DENGAN TERTIB #rumahkusurgaku – narmadi.com/propertishalat pembatas islam #rumahkusurgaku – narmadi.com/properti

Kewajiban kita terhadap anak adalah memperhatikan bagaimana shalat mereka agar tetap dikerjakan dengan baik dan benar, sehingga mereka tidak dijadikan oleh Allah sebagai generasi yang buruk.

Ayat di atas memperingatkan kita agar jangan sampai terjadi lagi apa yang telah terjadi di masa lampau, yaitu generasi shalih berganti dengan generasi buruk yang menyia-nyiakan shalat dan mengikuti hawa nafsunya.

Perhatikanlah shalat anak kita di rumah, khususnya tentang kesungguhannya dalam mengerjakan shalat, pemahamannya tentang ilmu shalat dan ke-khusyuk-annya. Bukankah tempat yang paling mudah mengontrol shalat anak adalah di rumah kita?

Apakah kita selalu menanyakan dan mengontrol anak-anak kita setiap waktu shalat, agar mereka tidak lalai mengerjakan shalat? Sudahkah kita mengajak anak-anak kita mengerjakan shalat tepat waktu dan berjamaah?

Sayangnya, mungkin kita terlalu cuek, padahal shalat merupakan ibadah yang paling mulia di sisi Allah yang harus kita perhatikan secara serius.

Jika sudah demikian, apakah kita hendak meninggalkan generasi buruk yang menyia-nyiakan shalatnya sebagai generasi penerus kita?

Perhatikanlah shalat anak kita karena sesungguhnya shalat menjadi ibadah terakhir yang menentukan keimanan. Jika ia ditinggalkan, maka dengan mudah iman akan ditanggalkan.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Tali-tali Islam akan putus satu-persatu, maka setiap kali putus satu tali (lalu) manusia bergantung dengan tali yang berikutnya. Dan tali Islam yang pertama kali putus adalah hukum(nya), sedang yang terakhir (putus) adalah shalat.”

(HR. Ahmad)

Hadits tersebut tegas menyatakan bahwa putusnya tali Islam yang terakhir adalah shalat. Selagi shalat itu masih ditegakkan oleh umat Islam, berarti masih ada tali dalam Islam itu.

Sebaliknya, jika shalat sudah tidak ditinggalkan, maka putuslah Islam keseluruhannya, karena shalat adalah tali yang terakhir dalam Islam.

Akankah kita biarkan tali Islam putus oleh anak keturunan kita? Maka sudah seharusnya menjadi kewajiban kita untuk memperhatikan shalat anak kita mulai dari sekarang, sebelum terlambat dan menyesal.

Demikian artikel tentang mengajarkan anak shalat dengan tertib. Semoga bermanfaat. (aa)

UmNar

Type approval certification specialists and Swimming pool consultant in Jakarta. Aktif di konsultan jasa sertifikasi alat telekomunikasi dan perusahaan jasa konstruksi. Masih sibuk belajar. Termasuk belajar menulis. Happy selalu ditemani Istri dan 6 orang anak. Feel free to follow me on LinkedIn.

All Post | Website

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *