Mewujudkan Rumah Ramah Anak dan Keluarga

Rumah ramah anak adalah sebuah tempat yang seharusnya menjadi tempat paling nyaman dan menenteramkan hati. Namun, banyak kita jumpai anggota keluarga yang justru merasa enggan berlama-lama di dalam rumah.

Mereka lebih memilih di luar rumah karena merasa tempat tersebut tidak lagi membuatnya merasa nyaman dan tenteram.

Berbagai latar belakang pun diungkap, mulai dari sekedar ingin banyak waktu di luar rumah, hilangnya kasih sayang di dalam rumah atau keadaan yang tidak menyenangkan di rumah.

Sebab yang beragam tersebut bisa hadir dari orang tua atau anak. Singkatnya, mereka merasa bahwa rumah tidak lagi ramah baginya.

Mewujudkan rumah ramah anak

Mewujudkan rumah yang ramah sebenarnya merupakan tanggung jawab bersama seluruh penghuni rumah. Ia dibangun dengan rajutan kasih dan sayang.

Perekatnya adalah rasa saling menghormati, menghargai dan mencintai antar sesama anggota keluarga. Hiasannya berupa tutur kata dan perbuatan yang baik.

Rumah yang ramah bukan berarti tempat tinggal yang penuh kebebasan, tanpa aturan dalam rumah, serta tidak mengenal bentuk penghargaan dan hukuman. Aturan rumah berserta perangkat reward and punishment tetap harus di jalankan.

Hal yang terpenting adalah bagaimana setiap anggota keluarga tetap merasakan rumahnya sebagai tempat kembali yang paling nyaman.

Menghadirkan keramahan dalam rumah kita adalah dengan cara menampilkan akhlak terbaik bagi keluarga. Ya, dengan akhlak yang baik, maka setiap anggota keluarga akan merasa diperlakukan secara positif, sehingga lahirlah sikap cinta sesama mereka.

Secara tegas, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menggambarkan pribadi yang baik, sebagaimana diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Sebaik-baik kalian adalah yang sikapnya paling baik terhadap keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.”

(HR. At Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Ash Shahihah no. 285).

Asy Syaukani dalam Nailul Authar (6/360) berkata, “Dalam hadits ini tersimpan catatan penting. Bahwa orang yang paling tinggi derajatnya dalam kebaikan dan paling berhak meraih sifat tersebut adalah orang-orang yang paling baik perilakunya pada keluarganya.

Sebab, keluarga mereka merupakan orang-orang yang paling berhak dengan wajah manis dan cara bergaul yang baik, curahan kebaikan, diusahakan mendapatkan manfaat dan dilindungi dari bahaya.

Jika ada laki-laki yang demikian, niscaya ia berpredikat sebagai manusia yang terbaik. Jika ia bersikap sebaliknya, maka ia berada dalam keburukan.”

Perlakuan yang baik terhadap anggota keluarga merupakan indikasi keramahan yang ada pada rumah kita. Suami baik terhadap istri, dan begitu pula sebaliknya.

Orang tua menyayangi dan menghargai anak, sedangkan anak berbakti dan hormat kepada ibu bapaknya. Tidak ada cela dari orang tua kepada anak, dan tiada pembangkangan dari anak.

Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Barangsiapa yang mengabaikan anaknya dan mencelanya di dunia ini, maka Allah yang Maha Suci dan Maha Tinggi akan membongkar cacatnya di hari kiamat di hadapan saksi sebagai balasan yang serupa.”

(HR. Ahmad dan Thabrani).

Mewujudkan rumah yang ramah adalah dengan menghadirkan akhlak yang baik di dalam rumah. Akhlak yang baik terhadap anggota keluarga akan menjadi barometer baiknya seseorang di dalam dan di luar rumah, secara tulus dan tanpa kepura-puraan.

Akhlak yang baik juga akan menjadikan rumah yang kita diami sebagai tempat yang paling nyaman dan menenteramkan hati, insya Allah. Mari kita wujudkan rumah kita menjadi rumah yang ramah untuk anak-anak kita. Demikian artikel pendek kami semoga bermanfaat. (aa)