14 Dampak Buruk Sering Marah Pada Anak

Saat anak sedang melakukan kesalahan, maka tanpa disadari biasanya orang tua akan langsung marah pada anak. Namun sebenarnya, ada dampak buruk yang bisa terjadi ketika anak terlalu sering dimarahi.

Dengan bertambahnya usia, maka ada kalanya tingkah laku anak sering menguji kesabaran orang tua. Apapun kesalahan yang dilakukan anak, marah, mengumpat atau teriak bukanlah solusi terbaik yang bisa dilakukan.

Bukan membuat anak memahami maksud orang tua, namun hanya akan menimbulkan trauma psikis yang bisa mengganggu perkembangan mental dan kecerdasan.

Menjalankan peran sebagai orang tua memang bukan hal yang mudah karena dituntut selalu sabar dengan tingkah laku anak.

Apapun alasannya, marah atau membentak anak bukanlah cara terbaik untuk berkomunikasi dengan anak. Bahkan, ini hanya akan menimbulkan beberapa masalah.

Dampak Buruk Akibat Sering Marah Pada Anak

Berikut adalah beberapa akibat yang bisa ditimbulkan ketika marah pada anak terlalu sering dilakukan:

1. Membuat Anak Menjadi Penakut dan Tidak Percaya Diri

Seringn marah pada anak bisa membuat anak menjadi penakut dan tidak percaya diri. Jika anak sedang melakukan sebuah kesalahan, bukan berarti harus dibentak atau dimarahi. Saat orang tua marah, anak mungkin memang akan diam namun karena merasa terancam serta takut.

Ini nantinya bisa membuat anak kurang percaya diri dan cenderung menjadi pribadi yang penakut. Selain itu, sering marah juga bisa menurunkan rasa percaya diri. Ini disebabkan karena anak merasa semua yang dilakukan selalu salah di mata orang tua.

2. Mengganggu Perkembangan Otak Anak

Orang tua mungkin beranggapan jika marah tidak akan memberikan efek fisik seperti yang dihasilkan dari memukul anak. Akan tetapi, otak anak saat dimarahi bisa mengalami hambatan perkembangan yang membuat ukuran otak anak lebih kecil dibandingkan ukuran normal. Untuk itu, terlalu sering marah memang bisa menimbulkan dampak untuk fisik anak.

Bagian otak anak yang akan sangat berpengaruh adalah bagian untuk memproses suara serta bahasa. Ini bisa terjadi sebab otak lebih mudah memproses informasi serta peristiwa negatif dibandingkan positif. Bagian otak ini akan tumpul sebab lebih sering mencerna informasi yang tidak memicu perkembangan anak.

3. Menyebabkan Gangguan Mental dan Depresi

Marah Pada Anak via healthline.com
Marah Pada Anak via healthline.com

Marah pada anak kemungkinan memang bisa membuat orang tua merasa dihargai atau didengar. Akan tetapi, sebenarnya memarahi anak hanya akan membuat anak melakukan perintah akibat rasa takut dan bukan untuk menghargai. Bisa dikatakan, hal ini sama seperti perilaku bully.

Selain menimbulkan rasa takut, anak juga bisa merasa sedih, tidak berharga, kecewa bahkan melukai hati anak. Ini tentunya akan berefek buruk bagi kesehatan mental anak.

Semakin lama, anak yang terus dimarahi akan merasa depresi dan bisa melampiaskan emosi negatifnya dengan merusak diri sendiri.

4. Mengubah Anak Menjadi Sosok Pemarah Saat Dewasa

Marah pada anak yang dilakukan terus menerus bisa membuat anak mengalami masalah mental serta perilaku ketika dewasa.

Contohnya, anak bisa menjadi orang yang agresif saat dewasa. Anak juga akan beranggapan jika marah atau memaki merupakan respon normal ketika berhadapan dengan masalah.

Anak nantinya juga akan melakukan hal ini pada guru, teman dan orang yang ada di sekitarnya. Anak kemungkinan akan senang berkelahi atau memukul ketika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan. Saat dewasa, bukan tidak mungkin anak bisa melakukan hal yang serupa pada anak dan pasangannya.

5. Membuat Anak Menjadi Keras Kepala dan Egois

Marah pada anak terus menerus bisa berdampak buruk pada anak yakni tumbuh dengan sifat keras kepala serta egois. Anak akan berusaha melindungi diri sendiri serta benci akan perasaan tersakiti akibat orang tua yang sering marah. Inilah yang membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang egois, keras kepala dan tidak dapat menerima masukan orang lain.

6. Tumbuh Menjadi Anak yang Suka Menentang

Marah pada anak akan menyebabkan anak selalu ingin membela dirinya sendiri. Inilah yang kemudian membuat anak memiliki perilaku yang senang menentang. Anak akan berani dan bahkan berbicara kasar serta menentang orang tua.

Anak akan beranggapan jika semua yang diucapkan orang tua selalu salah dan akan terus ditentang. Bahkan, anak juga tidak bisa diatur untuk segala hal. Sikap ini bisa terjadi karena anak lelah terus dimarahi sehingga timbul keinginan untuk bebas dari kondisi yang tidak menyenangkan.

7. Mempunyai Sifat Tertutup atau Introvert

Untuk beberapa kasus, marah pada anak juga bisa menyebabkan anak tumbuh dengan sikap tertutup atau introver. Anak nantinya akan senang menyendiri, pendian dan merasa dirinya tidak pernah melakukan hal yang benar. Anak akan menganggap dirinya tidak punya kemampuan untuk membanggakan kedua orangtua.

8. Membuat Anak Menjadi Stres

Anak yang lemah lembut tentunya akan memberikan respon yang berbeda. Jika orang tua sering marah, maka anak bisa lebih mudah stres dan tenggelam dalam kesedihan.

Kondisi ini tentunya akan berpengaruh pada perkembangan psikis anak. Jika terlanjut parah, maka orang tua harus berkonsultasi dengan ahli agar tidak menghambat perkembangan anak.

9. Anak Tidak Akan Mendengarkan Orang Tua

Jika bunda berpikir marah akan membuat anak lebih mendengarkan dan patuh, maka ini adalah kesalahan besar. Hal ini justru hanya akan membuat anak semakin tidak mau mendengarkan semua nasihat yang diberikan orang tua. Ketika orang tua marah, maka sebenarnya akan mengaktifkan bagian otak anak yang berfungsi sebagai perlawanan dan pertahanan.

Anak nantinya akan merasa takut, melawan orang tua dan akhirnya kabur menjauh dari orang tua. Sebaiknya, cobalah untuk berdiskusi dengan anak ketika melakukan kesalahan dan bukan memarahinya dengan keras. Hasil yang berbeda nantinya bisa diperoleh sesudah kebiasaan marah pada anak dihentikan.

10. Anak Akan Merasa Dirinya Tidak Berharga

Orang tua mungkin beranggapan jika marah pada anak menjadi cara supaya anak bisa menghormati orang tua. Namun sebenarnya, anak yang terlalu sering dimarahi akan menganggap dirinya tak berharga.

Sebagai manusia, tentunya anak ingin merasa disayangi dan dihargai khususnya oleh orang tua. Untuk itulah, marah terus menerus bisa berdampak negatif yakni menghambat tumbuh kembang anak.

11. Bentuk dari Penindasan Pada Anak

Memarahi anak merupakan salah satu bentuk dari penindasan. Ini tidak hanya bisa terjadi di sekolah namun juga bisa terjadi ketika anak berada di rumah.

Akibat yang bisa terjadi ketika anak sering dimarahi adalah serupa dengan bullying. Jika tidak ingin hal ini terjadi, maka hentikan kebiasan buruk selalu memarahi anak.

12. Merenggangkan Hubungan Orang Tua dan Anak

Ketika anak terlalu sering dimarahi, maka hubungan antara orang tua dan anak bisa semakin renggang. Saat dimarahi, maka anak akan merasa malu, sedih dan tidak disayang. Inilah yang kemudian membuat anak tidak mau terlalu dekat dengan orang tua.

Ini bisa bertambah buruk ketika orang tua tidak mau mendengarkan alasan anak lebih dulu. Anak akan merasa tidak dimengerti bahkan oleh orang terdekatnya yakni orang tua. Jika tidak ingin anak memiliki perilaku ini, maka sebaiknya hindari kebiasaan sering marah pada anak.

13. Membuat Anak Merasa Tidak Dihormati

Anak nantinya bisa merasa tidak dihormati dan tidak disayang ketika terlalu sering dimarahi. Ini disebabkan karena marah pada anak merupakan bentuk dari tidak menghargai anak. Akibat yang paling sering terjadi adalah anak tidak akan menunjukkan rasa hormatnya pada orang tua.

14. Membuat Anak Berperilaku Sama Ketika Dewasa

Marah ternyata bisa berdampak buruk untuk kondisi psikologis anak jangka panjang. Anak yang ketika masih kecil selalu dimarahi akan memiliki risiko mengalami gangguan perilaku serta depresi yang lebih tinggi akibat trauma masa kecil. 

Dari artikel di Child Development Journal dijelaskan jika akibat terlalu sering dimarahi akan membuat anak tumbuh sama seperti orangtuanya.

Ini disebabkan saat kecil, anak terbiasa melihat perilaku kasar secara fisik dan verbal dari orang tua sebagai bentuk menyelesaikan masalah. Saat dewasa, nantinya anak tidak akan ragu untuk marah atau membentak orang lain ketika ada sesuatu yang tidak sesuai.

Cara Mengurangi Dampak Akibat Anak Sering Dimarahi

Marah Pada Anak
Marah Pada Anak marvinwilliams.com

Jika bunda sudah mulai hilang kesabaran dan akhirnya marah pada anak, maka sebaiknya jangan terbawa emosi. Ada beberapa cara yang masih bisa dilakukan supaya trauma tidak dialami anak. Dengan menahan diri, maka kemungkinan perilaku buruk pada anak bisa dicegah memakai beberapa cara berikut ini:

1. Tarik Nafas Dalam-Dalam

Sesudah kelepasan memarahi anak, maka sebaiknya tarik nafas panjang setidaknya 3 kali. Jangan mengatakan apapun hingga sudah bisa melakukan hal ini.

Saat sedang emosi, biasanya tubuh akan menegang dengan tanda nafas pendek dan otot yang menegang. Menarik nafas nantinya bisa membantu tubuh lebih rileks dan bisa berpikir jernih.

2. Minta Maaf Serta Bertanggung Jawab

Ajari anak jika melakukan kesalahan bukanlah akhir dari segalanya. Orang tua juga sebaiknya meminta maaf untuk memberikan contoh serta mengajarkan pada anak untuk meminta maaf.

Jika memang terlanjur marah pada anak, maka sebaiknya segera minta maaf dengan nada yang tenang. Ini nantinya bisa membantu menahan diri supaya tidak selalu marah pada anak.

3. Mulai Kembali Pembicaraan yang Tenang

Ketika bunda marah, maka anak tidak akan paham isi dari perkataan yang diucapkan secara penuh. Untuk itu sesudah minta maaf, maka pastikan juga emosi sudah mereda serta tawarkan anak untuk memulai kembali percakapan dari awal. Lakukan percakapan dengan tenang tanpa ditambahi dengan bentakan atau emosi.

Bisa dikatakan jika anak mulai berulah, maka sebaiknya refleks marah tidak dilakukan, justru hal ini bisa menjadi renungan untuk orang tua.

Pada kenyataannya, marah pada anak hanya akan membuat anak terluka. Selain itu, hal ini juga bisa menyebabkan orang tua menimbulkan dampak negatid untuk psikis dan fisik anak. – Editted: 16/06/2021 by IDNarmadi.

Tinggalkan komentar