Niat Puasa Ramadhan Bahasa Jawa & Tuntunannya

Niat puasa Ramadhan bahasa Jawa banyak dipakai oleh masyarakat di Indonesia terutama suku Jawa yang memang tergolong mayoritas.

Bagi yang kurang hapal atau tidak mengerti niat puasa versi Arab, niat dalam bahasa Jawa ini seringkali dijadikan pilihan.

Sebenarnya, pelafalan niat puasa dalam bahasa Jawa ini tak lain merupakan bentuk terjemahan dari versi Arabnya.

Informasi selengkapnya mengenai niat puasa Ramadhan bahasa Jawa serta tuntunan dalam melafalkan niat puasa dapat dibaca pada artikel ini.

Niat Puasa Ramadhan Bahasa Jawa dan Tata Caranya

Niat puasa Ramadhan bahasa Jawa
Belajar niat puasa Ramadhan bahasa Jawa via tstatic.net

Niat adalah salah satu rukun yang menjadi syarat sah atau keabsahan dari ibadah puasa. Artinya, jika tanpa niat, hukum puasanya tidak sah.

Unsur niat sebagai rukun atau fardlu puasa ini sudah dijelaskan sebelumnya, tepatnya pada artikel yang membahas bab puasa Fathul Qorib.

Mengingat pentingnya unsur niat ini, niat seakan-akan menjadi sebuah jembatan dari suatu peribadatan yang akan dilakukan.

Bahkan, para ulama besar, seperti Imam Syafi’i, Abu Dawud, Ahmad Ibnu Mahdi, dan Ad-daru Quthni mengatakan bahwa niat sepertiganya ilmu.

Makna Niat dan Tata Caranya

Niat secara harfiah atau bahasa dimaknai dengan “menyengaja”, sedangkan secara istilah artinya bermaksud untuk  melakukan sesuatu yang disertai dengan perbuatan.

Niat sendiri letaknya di dalam hati sehingga hukumnya wajib mengucapkan niat puasa Ramadhan di dalam hati, sedangkan melafadzkannya adalah sunah.

Tujuan dari melafadzkan niat puasa secara lisan adalah hanya untuk menuntun hati agar lebih mudah dalam berniat puasa.

Keterangan di atas sejalan dengan salah satu kutipan dari bab puasa kitab I’anatu Thalibin yang berbunyi:

النيات با لقلب ولا يشترط التلفظ بها بل يندب

Artinya: “Niat itu dengan hati dan tidak disyaratkan untuk melafadzkannya (mengucapkannya), namun melafadzkan niat adalah suatu kesunahan”.

Selain itu, dalam kitab Al Majmu’ karya Imam Nawawi jilid II halaman 23 juga disebutkan bahwa:

فإن نوى بقلبه دون لسانه أجزاه

Artinya: “Sesungguhnya niat dengan hati tanpa menggunakan lisan itu sudah cukup”

Setelah melihat 2 dalil tersebut, dapat disimpulkan bahwa niat wajib di dalam hati sehingga melafadzkan secara lisan saja tidak cukup.

Jadi, ketika melakukan niat puasa baik itu niat puasa Ramadhan bahasa Jawa, bahasa Indonesia, ataupun Arab, lakukanlah di dalam hati,

Niat Puasa Ramadhan Bahasa Jawa

Niat puasa tidak harus menggunakan bahasa Arab, namun dapat diganti dengan bahasa lain yang dipahami.

Artinya, selain berbahasa Arab, Anda dapat melafadzkan niat puasa Ramadhan bahasa Jawa. Niat dalam bahasa Jawa ini kurang lebih sama antara bahasa daerah Jawa Timur, Jawa Barat, ataupun Jawa Tengah.

Berikut ini adalah kutipan lafadz niat puasa Ramadhan bahasa Jawa yang tak lain hasil adaptasi dari redaksi Arabnya.

Redaksi niat puasa Ramadhan dalam bahasa Arab:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى

Artinya: “Saya niat puasa esok hari untuk menunaikan fardlunya puasa Ramadhan pada tahun ini karena Allah Ta’ala”

Lafadz niat puasa Ramadhan bahasa Jawa:

“Niat ingsun poso ing dino sesuk saking anekani fardlune wulan Romadhon taun iki, kerono Allah Ta’ala” atau

“Kulo niat poso wonten ing dinten ngenjang saking anekani fardhune sasi Romadhon taun niki, keronten Allah Ta’ala”.

Bolehkah Menggabungkan Niat Puasa Ramadhan Sebulan Penuh?

Niat puasa Ramadhan bahasa Jawa
Tata cara niat puasa Ramadhan via tstatic.net

Niat puasa adalah sesuatu yang wajib dilafadzkan di setiap malam Ramadhan dengan rentang waktu mulai dari maghrib hingga sebelum fajar.

Ketentuan ini bersifat mutlak dan memang harus dilakukan setiap malam baik menggunakan niat puasa Ramadhan bahasa Jawa ataupun bahasa lainnya.

Tata cara niat semacam ini sudah sesuai dengan tuntunan puasa yang diajarkan oleh Imam Syafi’i atau madzhab Syafi’i.

Lantas, bagaimana jika lupa berniat puasa pada malam harinya?

Lupa memang salah satu sifat yang manusiawi dan siapa saja bisa lupa niat puasa yang dikarenakan oleh berbagai faktor.

Oleh sebab itu, ada satu tuntunan yang diajarkan para ulama untuk mengantisipasi lupa niat. Tuntunan tersebut adalah taqlid kepada Imam Maliki atau madzhab Maliki.

Menurut hujjah Imam Maliki, niat puasa Ramadhan untuk sebulan penuh dapat digabungkan dalam semalam yaitu pada malam pertama Ramadhan.

Pendapat ini terdapat pada salah satu kutipan di Hasyiyah Al-Qulyubi Jilid II halaman 66 yang berbunyi:

وَيُنْدَبُ أَنْ يَنْوِيَ أَوَّلَ لَيْلَةٍ صَوْمَ شَهْرِ رَمَضَانَ أَوْ صَوْمَ رَمَضَانَ كُلَّهُ لِيَنْفَعَهُ تَقْلِيدُ الْإِمَامِ مَالِكٍ فِي يَوْمٍ نَسِيَ النِّيَّةَ فِيهِ مَثَلًا لِأَنَّهَا عِنْدَهُ تَكْفِي لِجَمِيعِ الشَّهْرِ

Keterangan:

Kutipan pada kitab Hasyiyah tersebut menjelaskan bahwa pada malam pertama Ramadhan disunahkan untuk berniat satu bulan penuh.

Pendapat tersebut mengambil kemanfaatan dari pendapat Imam Maliki sebagai antisipasi apabila suatu saat lupa untuk niat.

Beliau, Imam Maliki, beranggapan bahwa niat tersebut telah mencukupi apabila pada malam-malam berikutnya ternyata lupa berniat.

Cara taqlid tersebut adalah dengan melafadzkan niat taqlid pada malam pertama bulan Ramadhan.

Alasan kenapa Imam Maliki berpendapat demikian adalah karena menganggap puasa Ramadhan merupakan satu kesatuan ibadah. Alhasil, niat satu kali pun sudah dianggap cukup.

Adapun niat puasa Ramadhan dengan taqlid pada Imam Maliki adalah sebagai berikut:

Niat puasa Ramadhan bahasa Arab taqlid Imam Maliki

نَوَيْتُ صَوْمَ جَمِيْعِ شَهْرِ رَمَضَانِ هَذِهِ السَّنَةِ تَقْلِيْدًا لِلْإِمَامِ مَالِكٍ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى

Niat puasa Ramadhan bahasa Indonesia taqlid Imam Maliki

“Saya niat puasa di sepanjang bulan Ramadhan tahun ini, dengan mengikuti Imam Maliki, fardlu karena Allah Ta’ala”

Niat puasa Ramadhan bahasa Jawa taqlid Imam Maliki

“Niat ingsun poso ing sakjerone wulan Ramadhan taun iki, kelawan manut dateng Imam Maliki, fardlu kerono Allah Ta’ala”

Catatan:

Bentuk niat taqlid di atas bukanlah serta merta menggugurkan kewajiban niat puasa Ramadhan di setiap malamnya.

Akan tetapi, niat taqlid Imam Maliki tersebut hanya bersifat sebagai antisipasi manakala seseorang lupa niat pada malam harinya.

Oleh sebab itu, meskipun sudah taqlid pada malam pertama Ramadhan, tapi tetap berkewajiban untuk niat puasa di setiap malamnya.

Jadi, manakala seseorang lupa membaca niat puasa pada malam harinya, puasanya tetap sah apabila sudah niat taqlid Imam Maliki sebelumnya.

Hal yang perlu ditekankan di sini adalah lupa tersebut tidak disebabkan karena kecerobohan atau kelalaian seseorang.

Seorang muslim selama bulan Ramadhan seharusnya sudah wanti-wanti untuk berniat puasa dari sehabis solat tarawih hingga subuh menjelang.

Tak heran jika rata-rata selepas tarawih sang imam akan menuntun jamaahnya untuk niat puasa Ramadhan untuk esok hari.

Baca juga: Tata cara sholat tarawih di rumah

Kesimpulan:

  • Niat puasa hukumnya wajib karena termasuk rukun atau syarat syahnya puasa
  • Menurut Imam Syafi’i, niat puasa wajib dilakukan setiap malam baik menggunakan niat puasa Ramadhan bahasa Jawa, Arab, ataupun Indonesia
  • Sebagai antisipasi lupa baca niat, disunahkan taqlid kepada Imam Maliki dengan berniat puasa sebulan penuh pada malam pertama Ramadhan
  • Kewajiban berniat puasa pada setiap malamnya tetap ada meskipun sudah taqlid kepada madzhab Maliki

Editted by UN

About Leli Ristiana

lahir dan besar di Kota Pemalang. Lulusan dari perguruan tinggi Universitas Teknologi Yogyakarta (UTY).

Tinggalkan komentar