Inilah Alasan Mengapa Pemerintah Mengeluarkan Kebijakan Normal Baru Pendidikan

Kelas Online, mendengar istilah ini mungkin sudah cukup bosan bagi sebagian besar pelajar baik dari SD hingga perguruan tinggi.

Bagaimana bisa begitu? Banyak siswa yang mengeluhkan bahwa kegiatan Kelas Online ini tidak berjalan secara efektif dan justru membuat mereka stress.

Melihat proses pembelajaran secara online selama 3 bulan terakhir ini, tampaknya pemerintah mulai memahami jika pembelajaran tidak berjalan maksimal sehingga mereka berencana untuk membuat normal baru pendidikan.

New normal (normal baru) pendidikan ini diharapkan dapat menjadi solusi permasalahan pendidikan selama pandemi.

Jika diamati, ada banyak kendala yang dihadapi oleh pelajar ketika mengikuti kelas online mulai dari koneksi yang tidak baik hingga masalah kuota internet yang harus tersedia untuk menunjang terlaksananya kegiatan pembelajaran.

Lalu, apa alasan diberlakukannya new normal dalam pendidikan ini? Apakah sistem baru ini lebih baik dibandingkan dengan Kelas Online yang dilaksanakan di rumah atau malah sebaliknya?

Alasan Pemerintah Akan Memberlakukan Normal Baru Pendidikan

Istilah normal baru di Indonesia mungkin sudah tidak asing bagi sebagian besar orang. Pasalnya, masalah pandemi yang tak kunjung usai membuat pemerintah harus mencari ide untuk menstabilkan berbagai kegiatan di negaranya mulai dari kegiatan ekonomi hingga edukasi.

Dalam pendidikan, sistem baru ini diharapkan dapat berjalan lancar tanpa adanya kendala. Namun apa alasan pemerintah memberlakukan normal baru dalam kegiatan pendidikan? Simak alasannya sebagai berikut!

Online Class Tidak Maksimal

Online Class tampaknya memberikan kemudahan kepada siswa untuk belajar dari jarak jauh dengan tujuan menghindari kontak langsung dengan lainnya.

Namun, setelah pembelajaran online berlangsung selama 3 bulan, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran ini cukup membuat para siswa frustasi. Ada yang mengeluh karena banyaknya tugas, ada pula yang mengeluh karena harus membeli kuota untuk Kelas Online.

normal baru pendidikan
Online Class dianggap kurang maksimal karena terdapat beberapa kendala, pixabay.com

Menurut Wakil Presiden Ma’ruf Amin, sistem pembelajaran online dianggap kurang berjalan secara maksimal karena beberapa faktor yang salah satunya adalah terbatasnya koneksi internet. Hal ini menyebabkan beberapa pendidik dan pelajar tidak menjalankan tugas dengan semestinya.

Karena keterbatasan koneksi ini, ada beberapa guru yang justru tidak mengajar karena di daerahnya tidak memberlakukan Kelas Online. Selain itu, beliau juga menekankan bahwa pembelajaran seharusnya dilakukan secara tatap muka agar maksimal.

New normal dalam pendidikan menjadi salah satu solusi yang dapat pemerintah ambil untuk mengatasi masalah di balik pembelajaran online ini.

New normal pendidikan ini sendiri maksudnya adalah kegiatan pembelajaran dijalankan seperti kondisi normal, tetapi tetap mengikuti protokol kesehatan. Ma’ruf Amin menuturkan bahwa jumlah siswa per kelas harus dibatasi yaitu harus setengah dari jumlah siswa dalam kelas itu.

Pembelajaran Dapat Berjalan Secara Normal

Beberapa sekolah atau perguruan tinggi mungkin tidak mengalami kendala dalam menjalankan Kelas Online. Namun, tentunya semua pendidik maupun pelajar mengharapkan pembelajaran tatap muka di kelas.

Pembelajaran langsung akan membuat siswa lebih semangat dan aktif dalam belajar. Selain itu, pendidik juga akan lebih mudah menjelaskan materi dan memberikan feedback kepada siswa.

normal baru pendidikan
Pembelajaran tatap muka di kelas lebih efektif dibandingkan kelas online, pixabay.com

Karena kendala koneksi hingga kuota, tidak sedikit guru memilih aplikasi non video untuk menghemat kuota pelajar. Alhasil, penjelasan menjadi kurang maksimal, bahkan banyak dari mereka yang hanya memilih memberikan tugas saja kepada siswa.

Dengan adanya normal baru pendidikan ini, diharapkan baik para guru maupun siswa dapat melangsungkan kegiatan belajar-mengajar dengan lebih nyaman.

Siswa juga tidak akan lagi resah jika ingin bertanya tentang materi yang tidak mereka pahami. Namun, pastinya, pembelajaran harus dijalankan mengikuti protokol kesehatan yang berlaku.

Keprihatinan Terhadap Daerah Tertinggal

Pemerintah sudah memaksimalkan berbagai hal agar para pelajar dapat belajar di rumah dengan nyaman dan tanpa adanya masalah seperti halnya dengan bekerja sama dengan provider internet untuk menyediakan kuota edukasi hingga stasiun televisi seperti TVRI dengan program belajar dari rumah.

Namun, tampaknya semua itu masih belum optimal dikarenakan ada beberapa daerah di Indonesia yang masih tertinggal. Ada beberapa keluarga yang tidak memiliki TV, smartphone, hingga kendala koneksi.

Keprihatinan terhadap daerah tertinggal inilah yang juga menjadi pendorong mengapa pemerintah akan membuat kebijakan tentang normal baru pendidikan.

Nadiem Makarim dalam diskusinya dengan Najwa Shihab di channel YouTube Kemendikbud RI secara live streaming, memberikan pesan kepada semua masyarakat Indonesia untuk mengambil pembelajaran di balik pandemi ini yaitu dengan fokus menggunakan waktu untuk belajar sains, pendidikan, kesehatan, hingga teknologi.

Nadiem memahami jika kegiatan belajar di rumah seperti adanya tayangan dari TVRI ini memang belum berjalan maksimal karena keterbatasan yang ada di daerah tertinggal. Untuk itu, normal baru pendidikan ini diharapkan memberikan pemerataan dalam pendidikan. Jadi, semua orang tetap bisa belajar tanpa ada halangan koneksi maupun kuota.

Kapan Normal Baru Pendidikan Dijalankan?

Sudah banyak portal berita yang menyatakan bahwa normal baru pendidikan akan segera dijalankan oleh pemerintah. Tentunya, pemerintah sudah mempertimbangkan banyak hal untuk mengeluarkan rencana ini.

Dengan adanya normal baru pendidikan ini, pemerintah berharap pendidik hingga pelajar dapat menjalankan aktivitas belajar secara tatap muka, namun tetap mengikuti protokol kesehatan. Lalu, adaptasi seperti apa yang harus diterapkan di tengah pandemi ini?

normal baru pendidikan
Normal baru pendidikan dapat berjalan dengan baik jika semua orang mematuhi protokol kesehatan, pixabay.com

Pertama, masyarakat sekolah atau perguruan tinggi harus membatasi kontak fisik dengan satu sama lain. Kedua, masyarakat harus menghindari kerumunan di suatu tempat, ada baiknya untuk mencari tempat yang sepi.

Ketiga, jangan lupa untuk menggunakan masker dan rajin mencuci tangan, Anda bisa membawa hand sanitizer untuk disimpan di dalam tas. Terakhir adalah menjalankan pola hidup yang sehat dimana pun dan kapan pun.

Dr. Seto Mulyadi, S Psi., atau biasa dipanggil Kak Seto selaku Ketua LSM LPAI menuturkan bahwa kebijakan kembali belajar di sekolah ini tidak perlu terburu-buru untuk diaplikasikan.

Hal ini dikarenakan keputusan ini perlu koordinasi yang baik antara pemerintah dan orang tua yang juga memiliki peran penting terhadap aktivitas siswa.

Prof Muhadjir juga menuturkan bahwa pemerintah tidak akan tergesa-gesa untuk membuka sekolah kembali karena masih memikirkan apa dampak yang akan muncul selama normal baru pendidikan berlangsung.

Nadiem Makarim pun juga belum bisa memastikan apakah siswa dapat masuk kembali di pertengahan Juli atau belajar di rumah diperpanjang hingga akhir tahun karena kasus Covid 19 yang belum reda saat ini.

Beliau mengatakan bahwa pembelajaran langsung secara tatap muka kemungkinan akan dijalankan oleh sekolah yang berada di zona hijau. Sedangkan untuk zona merah dan kuning, masih perlu menjalankan pembelajaran jarak jauh untuk mencegah penyebaran Covid 19.

Nah, itulah tadi beberapa alasan mengapa normal baru pendidikan ini akan diterapkan di tengah pandemi. Namun, pemerintah sendiri pun masih belum bisa menjamin apakah new normal pendidikan ini efektif atau malah semakin memperburuk keadaan.

Tentu, jika kebijakan ini benar-benar diterapkan, para pendidik, siswa, hingga staff sekolah harus siap mental untuk menerapkan protokol kesehatan selama pembelajaran berlangsung. Semoga bermanfaat!

Editted: 17/06/2021 by IDNarmadi.

Tinggalkan komentar