Furniture Ukiran Jepara yang Mendunia

Furniture ukiran Jepara memang sudah terkenal ke seantero Indonesia bahkan sampai mancanegara. Furniture dengan ukiran khas ini digandrungi para penggemarnya karena keindahan serta keunikannya.

Tidak jarang semakin antik sebuah ukiran pada furniture, akan semakin tinggi harga jual yang ditawarkan.

Tapi tahukah Anda bahwa ukiran yang ada di furniture kayu jati ini ternyata tidak dibuat dengan sembarangan, ada makna-makna tertentu yang tersimpan di belakangnya.

Kerajinan furniture ukiran Jepara sudah terkenal secara turun-temurun sejak zaman dahulu. Ukiran asal Jepara memiliki ciri khas tersendiri yang membedakannya dengan ukiran dari daerah lain.

Beberapa keunggulan yang dimiliki dari ukiran Jepara ini adalah tingkat kreativitas serta detail ukiran dibuat dengan cantik dan terkesan lebih hidup.

Perabot dengan morif ukiran Jepara memang memiliki kesan tradisional yang cukup kental. Akan tetapi, berkat kreativitas para pengrajin saat ini sudah banyak corak ukiran yang dibuat lebih modern dan cocok untuk dipadu padankan dengan konsep rumah minimalis.

Perpaduan unsur kayu dengan konsep minimalis akan memberikan kesan tersendiri bagi ruangan.

Memahami Lebih dalam Unsur dalam Furniture Ukiran Jepara

Di balik keindahannya ternyata ada unsur-unsur ukiran yang terdapat di dalam kerajinan ukir Jepara. Unsur-unsur ini saling melengkapi dan menghasilkan sebuah karya ukiran yang indah dan cantik.

Di antara banyaknya pilihan motif ukiran furniture kayu jepara ada unsur-unsur motif yang hampir selalu bisa Anda temukan, yaitu :

Jumbai

Jumbai merupakan bentuk ukiran berupa daun yang terbuka dan terlihat menyerupai kipas. Pada bagian pangkal daun jumbai biasanya muncul 3 atau 5 buah wuni. Pada motif ukiran Jepara, bagian ujung daun ini umumnya berbentuk meruncing.

Tangkai Relung

Unsur motif ini juga saat umum ditemukan pada perabot ukiran Jepara.Tangkai relung ini memiliki bentuk panjang dan melingkar yang memberikan kesan lebih hidup pada ukiran Jepara. Pada bagian penampang ukiran tangkai relung ini terdapat penampang yang berbentuk segitiga.

Trubusan

Trubusan ini merupakan bagian yang biasanya ada di dalam ukiran Jepara. Ada 2 jenis trubusan yang bisa Anda temukan yaitu trubusan yang dibuat seolah keluar dari sepanjang tangkai relung dan trubusan yang keluar dari bagian cabang atau ruas.

Trubusan yang keluar dari bagian relung biasanya berupa bentuk daun sedangkan trubusan yang keluar dari bagian cabang biasanya berupa buah-buah berukuran kecil.

Ketiga unsur utama motif tadi hampir selalu ditemukan pada perabot ukiran Jepara. Selain ketiga unsur tadi, ada satu hal yang juga menjadi ciri khas dari ukiran Jepara dibandingkan dengan ukiran lainnya, yaitu adanya ukiran berbentuk burung merak.

Keindahan ukiran pada perabot asli Jepara sangat ditentukan oleh keahlian yang dimiliki oleh sang pengrajin.

Furniture Ukiran Jepara Sebagai Penanda Status Sosial

Furniture yang berhiaskan ukiran asli Jepara tidak sekadar berfungsi sebagai perabot pelengkap rumah tetapi juga memiliki fungsi lain sebagai penAnda status sosial.

Bagi sebagian kalangan, memiliki beragam perabot ukir Jepara bisa menunjukkan status sosialnya sebagai orang yang terpAndang yang memiliki kekayaan harta benda.

Perabot ukiran ini pun bisa bervariasi bentuknya, mulai dari seperangkat kursi, meja, lemari, cermin hingga patung sebagai pelengkap dekorasi rumah.

Kepemilikan perabot dengan furniture ukiran Jepara bisa menandakan status ekonomi seseorang karena harga dari perabot ini sendiri tidaklah murah.

Kayu jati yang berkualitas dengan bentuk ukiran yang unik serta cantik, biasa dibanderol dengan harga yang cukup tinggi.

Harga yang tinggi ini terbilang wajar, mengingat kualitas serta keindahan yang ditawarkan dari furniture khas Jepara ini.

Pemilihan motif ukiran juga sangat menentukan karakter serta kondisi ekonomi dari sang pemilik. Dari segi ekonomi, semakin rumit motif ukiran, maka harga mebel jati tentu akan semakin mahal.

Jika Anda memiliki perabot dengan bentuk ukiran yang tidak biasa, maka bisa terlihat bahwa Anda telah menghabiskan dana yang tidak sedikit untuk membeli perabot tersebut.

Penggemar ukiran jati Jepara secara tidak langsung terlihat sebagai seorang yang menyukai hal-hal berbau alam, mengingat motif dari ukiran Jepara ini lebih banyak berbentuk tumbuhan dan bunga-bunga.

Penyuka hal-hal berbau klasik umumnya akan memilih motif ukiran yang lebih rumit dan mengesankan kemewahan.

Sementara itu, ada pula motif ukiran yang lebih sederhana dan bisa dipadukan dengan berbagai desain modern sesuai dengan perkembangan zaman.

Keunggulan ukir Jepara

Mebel jati Jepara terkenal hingga mancanegara bukan tanpa alasan khusus. Ada banyak keunggulan yang dimiliki ukiran Jepara jika dibandingkan kerajinan ukir dari daerah lain di Indonesia, diantaranya :

Kreativitas dan inovasi pengrajin yang dinamis

Kerajinan ukir di Jepara masih tetap hidup hingga saat ini, salah satunya karena kreativitas para pengrajinnya yang selalu berkembang mengikuti perubahan tren.

Meskipun sudah ada sejak saman dahulu, perabot dengan ukiran Jepara sampai saat ini pun tidak terlihat ketinggalam zaman.

Keahlian pengrajin yang unggul

Ukiran khas Jepara memiliki kualitas yang tinggi, karena dibuat oleh pengrajin profesional dengan keahlian yang sudah sangat mumpuni.

Hal ini terlihat dari hasil ukiran yang halus dan rapi sehingga furniture terlihat cantik. Hasil ukiran yang berkualitas ini menyebabkan harga jualnya juga tidak murah.

Model ukiran yang terlihat hidup dan luwes

Hal lain yang membuat ukiran Jepara disukai banyak kalangan adalah karena motifnya yang terlihat hidup. Motif ukiran Jepara yang berbentuk dasar tumbuhan membuat desainnya terlihat luwes dan indah.

Memiliki perabot dengan ukiran Jepara bisa menambah nilai estetis di dalam rumah Anda. Maka dari itu, tak ada salahnya bila Anda membeli salah satu furniture ukiran Jepara yang asli dan berkualitas. 

Agar keindahan furniture ukiran Jepara bisa terjaga dalam waktu lama, Anda juga perlu paham bagaimana cara merawat furniture kayu jati Jepara dengan baik dan benar. (us), Editor: 25/01/2022 by UN