Puasa bagi Ibu Hamil Menurut Pandangan Medis

Puasa bagi ibu hamil sebaiknya dilakukan dengan perencanaan yang baik. Sejatinya, berpuasa pada bulan suci Ramadhan diwajibkan untuk setiap orang Islam yang telah memenuhi syarat wajib puasa. Tak terkecuali bagi wanita-wanita muslim yang sedang hamil.

Akan tetapi, ibu hamil diberikan rukhsah atau keringanan untuk tidak berpuasa manakala khawatir dengan kondisi kesehatan dirinya ataupun kandungannya.

Tentunya kondisi setiap ibu hamil yang menjalankan ibadah puasa berbeda-beda karena sangat tergantung dari daya tahan tubuh serta usia kehamilan.

Ditinjau dari sisi medis, tiap trimester memiliki momen tersendiri terkait fase pertumbuhan janin maupun gejala morning sickness yang kerap dialami. Hal ini bisa menjadi tolak ukur tentang kapan seorang wanita hamil mampu dan aman untuk berpuasa.

Puasa bagi ibu hamil memang tidak serta merta beresiko membuat bayi lahir cacat atau janin tidak berkembang.

Namun, dalam kondisi-kondisi tertentu, berkurangnya asupan nutrisi karena berpuasa dapat berakibat pada pertumbuhan janin dan kondisi kesehatan sang ibu. Oleh sebab itu, perlu pertimbangan yang matang jika memutuskan untuk berpuasa.

Ketentuan Puasa bagi Ibu Hamil Ditinjau dari Sisi Medis Berdasarkan Trimester

Usia kehamilan dibagi dalam 3 fase yaitu trimester satu, dua, dan tiga yang masing-masing memiliki karakteristik tersendiri. Lantas, bagaimana pandangan medis tentang puasa bagi ibu hamil? Jawaban lengkapnya dapat Anda simak pada ulasan di bawah ini:

Trimester Satu

Pada usia kandungan 3 bulan pertama atau trimester satu, ibu hamil mengalami morning sickness, seperti mual, muntah, pusing, dan lemas.

Gejala tersebut dirasakan dalam level ringan hingga berat sehingga tak jarang seorang ibu hamil kesulitan untuk makan. Hal ini disebabkan oleh perubahan hormon sehingga dibutuhkan proses adaptasi terhadap kondisi tersebut.

Jika gejala morning sickness berlangsung intens atau terlalu sering, hal ini bisa menyebabkan ibu hamil kekurangan asupan nutisi dan dehidrasi. Tentunya akan berpengaruh secara langsung pada tumbuh kembang janin dan kesehatan sang ibu.

Padahal, pada trimester satu, janin sedang mengalami perkembangan pada organ-organ tubuh, jaringan otak, sistem percernaan, dan ginjal.

Dalam keadaan demikian, ibu hamil dianjurkan untuk tidak berpuasa dan wajib qodlo di lain waktu. Pendapat tersebut diperkuat dengan hasil riset yang dilakukan salah satu RS di Kota Teheran, Iran.

Dikatakan bahwa puasa bagi ibu hamil beresiko untuk melahirkan bayi dengan berat badan rendah atau kurang dari 2,5kg. Peluang munculnya resiko tersebut bisa 1,5 kali lebih besar dibandingkan yang tidak berpuasa saat hamil.

puasa bagi ibu hamil
Ilustrasi puasa bagi ibu hamil via ruangmom.com

Trimester Dua

Pada trimester kedua atau usia kandungan menginjak bulan ke 4-6, idealnya seorang ibu hamil sudah tidak mengalami gejala morning sickness.

Apabila masih merasakan pusing, mual ataupun muntah, maka gejalanya cenderung ringan atau pada waktu-waktu tertentu saja. Oleh sebab itu, kehamilan trimester dua dianggap momen yang paling aman bagi seorang wanita hamil untuk menjalankan ibadah puasa.

Meskipun berpuasa, pola makan saat sahur dan berbuka harus diperhatikan supaya tetap terjaga baik dari segi kualitas nutrisi maupun kuantitasnya.

Pada rentang usia kehamilan tersebut, berat badan sang ibu umumnya akan naik sebesar 0,5kg tiap minggunya. Sebaliknya, ketika dijumpai berat badannya justru berkurang saat berpuasa, sebaiknya segera konsultasi atau memeriksakan diri ke dokter.

Trimester Tiga

Menginjak trimester ketiga, puasa bagi ibu hamil diperbolehkan manakala kondisi kesehatannya baik-baik saja.

Indikatornya adalah sang ibu tidak mengalami anemia atau kurang darah, tidak sakit diabetes, dan tekanan darah normal. Selain itu, kondisi janin juga sehat dengan berat badan yang sesuai dengan usia kandungan.

Asupan nutrisi harus diperhatikan karena pada fase ini pertumbuhan organ-organ vital bayi mulai disempurnakan. Di samping itu, sang ibu sudah mulai siap siaga untuk masa persalinan karena pasti akan membutuhkan energi yang besar.

Ketika dijumpai nyeri pada rahim ataupun gerakan bayi yang kurang aktif, sebaiknya tidak berpuasa dahulu dan segera periksakan ke dokter.

Asupan Nutrisi Penting bagi Ibu Hamil agar Tetap Bugar saat Berpuasa

Makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil saat sahur atau berbuka memang tidak berbeda jauh dibandingkan orang pada umumnya.

Akan tetapi, ada beberapa poin yang harus diperhatikan supaya badan tetap bugar dan janin sehat meskipun sedang menjalankan puasa. Berikut hal-hal yang harus diindahkan terkait pola makan ibu hamil:

  • Konsumsi suplemen vitamin

Ibu hamil yang berpuasa membutuhkan suplemen vitamin yang terdiri dari kalsium, asam folat, dan zat besi. Hal ini dikarenakan kebutuhan vitamin yang diperoleh dari sumber makanan saja belum cukup sehingga dianjurkan untuk mengkonsumsi suplemen sebelum tidur.

Kandungan asam folat dibutuhkan agar bayi tidak lahir cacat, sedangkan zat besi dapat mencegah anemia yang kerap dialami ibu hamil. Di samping mengkonsumsi suplemen vitamin, asam folat dan zat besi juga dapat diperoleh dari sayur-sayuran hijau serta daging.

  • Minum susu kalsium
puasa bagi ibu hamil
susu kalsium (puasa bagi ibu hamil) via honestdocs.id

Puasa bagi ibu hamil wajib menghitung kebutuhan nutrisi. Nutrisi penting lainnya yang tidak boleh terlewatkan saat berbuka ataupun sahur adalah susu kalsium.

Susu mengandung kalsium dan vitamin D yang dibutuhkan untuk membantu pembentukan tulang, hati, otot, serta saraf yang sempurna pada janin. Kalsium juga dapat meningkatkan proses pembekuan darah yang dibutuhkan saat persalinan.

Selain mengkonsumsi susu, sebaiknya ibu hamil menyediakan menu buka atau sahur berupa sarden atau ikan salmon. Kedua jenis makanan tersebut mengandung kalsium yang tinggi. Berjemur di pagi hari sekitar pukul 06.00-08.00 juga dapat membantu memenuhi kebutuhan vitamin D.

Baca juga: Susu ibu hamil

  • Perbanyak minum air putih

Puasa bagi ibu hamil menyebabkan rentan terkena dehidrasi sehingga dianjurkan untuk memperbanyak konsumsi air putih saat malam hari.

Idealnya, air putih dikonsumsi dalam takaran 1,8-2 liter atau sekitar 8-12 gelas. Jika ingin menambahkan es juga diperbolehkan karena ibu hamil sering mengalami kegerahan atau yang dikenal dengan gejala hot flash.

Hal yang harus dihindari ibu hamil saat berbuka atau sahur adalah mengkonsumsi minuman yang mengandung pemanis buatan atau kafein. Minuman tersebut justru akan memberikan efek dehidrasi pada siang hari sehingga akan memberikan dampak mudah lemas dan merasa pusing.

Selain itu, mengkonsumsi makanan ataupun minuman dengan kadar gula tinggi dapat memicu diabetes gestasional.

Jenis diabetes ini adalah keadaan dimana kadar gula dalam darah tinggi yang sering dialami wanita hamil. Meskipun diabetes ini akan sembuh pasca persalinan, namun yang bersangkutan menjadi rentan terkena diabetes tipe 2 di kemudian hari.

  • Penuhi kebutuhan kalori

Puasa bagi ibu hamil tetap membutuhkan kalori. Sebanyak 2500 kilo kalori harus terpenuhi oleh ibu hamil yang berpuasa agar tetap sehat dan ternutrisi. Kandungan kalori tersebut terdiri dari 50% karbohidrat, 20% lemak, dan 30% protein hewani.

Ibu hamil disarankan untuk banyak mengkonsumsi karbohidrat dengan kandungan indeks glikemik yang rendah, seperti gandum utuh, nasi merah, dan kentang. Perhatikan pula kebutuhan serat dari sayur-sayuran dan buah-buahan.

Kebutuhan protein hewani bisa diperoleh dari ikan, telur, tahu, tempe, dan susu. Hindari makanan yang mengandung kadar lemak yang tinggi. Sebaiknya, perbanyak konsumsi lemak baik yang berasal dari kacang-kacangan. Kurangi konsumsi makanan yang banyak mengandung pengawet dan MSG, sepeti junkfood dan makanan cepat saji.

Puasa bagi ibu hamil tidak akan membahayakan kesehatan diri dan janin selagi mengikuti himbauan dan anjuran yang ditetapkan. Selain itu, kurangi aktivitas yang berlebihan selama menjalani ibadah puasa agar badan tetap fit dan terhindar dari stress.

Editted by idN.

Tinggalkan komentar