Mengenal Autisme & Cara Melatih Fokus Anak Autis

Anak dengan autisme, bukan lagi hal yang tabu didengar terutama di Indonesia, terlebih memang data anak autisme cukup besar persentasenya.

Anak-anak yang menderita autisme memiliki daya fokus dan konsentrasi yang berbeda dengan anak yang normal dalam kesehariannya. Sehingga melatih fokus anak autis sendiri untuk melakukan kegiatan tertentu membutuhkan perlakuan khusus.

Tingkat konsentrasi atau fokus ini yang menjadi penyebab gangguan pada penderitanya seperti gangguan dalam berkomunikasi atau dalam mengerjakan suatu hal. Autisme biasanya terdeteksi pada anak mulai dari usia 1-3 tahun keatas.

Untuk membantu anak yang mengalami gangguan dalam berkonsentrasi, beberapa cara dan terapi bisa dilakukan. Melatih fokus anak autis membutuhkan kesabaran dan ketelatenan untuk mencappai hasil yang maksimal.

Jenis-jenis Autisme

Sebelum melatih fokus anak  autis, orang tua harus mengetahu pengertiandari autis. Autisme adalah salah satu jenis gangguan pada otak (neurodevelopment) yang ditandai dengan beragam kesulitan.

Dalam istilah medis, autisme ini disebut sebagai gangguan spektrum autisme atau Autism Spectrum Disorder (ASD). Istilah “spektrum” digunakan untuk membedakan gejala ASD yang sangat bervariasi, mulai dari gejala ringan hingga berat.

Mengetahui lebih lanjut, seperti yang dilansir dalam gooddoctor.co.id, ternyata autisme pada anak terbagi dalam beberapa jenis. Pertama, Sindrom Asperger, yaitu jenis autisme yang sering disebut “autisme high functioning” atau autisme dengan kemampuan yang cukup multifungsi.

Pengidap Sindrom Asperger dapat berinteraksi dan memiliki kemampuan bahasa yang baik hanya saja dalam beberapa kasus, tidak bisa memberi respon. Anak yang mengidap sindrom ini biasanya terdeteksi sejak masih dalam kandungan yang disebabkan oleh faktor genetik.

Kedua, gangguan autis mindblindness, dimana penderitanya tidak mampu menafsirkan emosi serta tidak mampu memahami permasalahan dari sudut pandang orang lain.

Ini disebabkan, karena si anak merasa memiliki dunianya sendiri, tanpa melihat atau memahami dunia dan kejadian disekitarnya. Namun, jangan salah, pengidap gangguan ini memiliki beragam kemampuan istimewa dalam bidang musik, seni, hingga berhitung.

Childhood Disintegrative Disorder (CDD) adalah gangguan yang ketiga dimana si anak mengalami penurunan kemampuan sosial, komunikasi, dan keterampilan lainnya.

Biasanya penurunan kemampuan tersebut dapat dilihat melalui perkembangan motorik, bahasa, hingga fungsi sosial.

Gangguan ini terjadi karena ada kesalahan pada sistem saraf otak yang juga ditambah dengan paparan lingkungan seperti racun.

Terakhir, Pervasive Developmental Disorder Not Otherwise Specified (PDD-NOS), dimana ini merupakan jenis autisme paling kompleks dan butuh diagnosa lebih.

Biasanya anak yang menderita gangguan ini tidak mengalami perkembangan sosial, bahasa, dan perilaku. Anak-anak ini cenderung kaku, sulit mengingat, tidak mampu menanggapi perilaku orang lain, hingga suka berinteraksi dengan teman imajinatif.

Baca: Ciri autis pada bayi

Gejala-gejala Autisme Yang Perlu Di Waspadai

Melatih Fokus Anak Autis
melatih fokus anak autis – Sumber: idntimes.com

Perlu diketahui, bahwa tidak bisa sembarangan dalam menentukan jenis autisme pada penderitanya. Hal ini dikarenakan banyak gejala dan tingkat keparahan yang perlu diperhatikan.

Beragam gejala dapat mulai terlihat pada anak-anak usia 1 tahun keatas hingga orang dewasa. Berikut ini gejala autisme yang perlu diketahui dan diwaspadai.

  • Gangguan komunikasi verbal maupun non-verbal serta interaksi sosial (terlambat bicara, banyak meniru, serta tidak merespon jika ditanya, dipanggil, dan diajak)
  • Gangguan dalam berperilaku (adanya perilaku yang berlebihan dan kekurangan secara motorik pada anak autisme)
  • Gangguan dalam emosi (dalam hal ini, anak autisme kurang memiliki rasa empati, sering tertawa sendiri dan mengamuk)
  • Gangguan dalam persepsi sensoris (tidak menyukai rabaan, mencium atau menjilat benda apapun, serta tak kuat mendengar suara yang terlalu keras)

Menelisik lebih dalam melalui beragam gejalanya, ternyata angka autisme semakin meningkat tiap tahunnya, termasuk di Indonesia. Berdasarkan data center for Desease Control and Prevention (CDC, 2018), Autism Spectrum Disorder (ASD) lebih banyak menyerang anak laki-laki.

Prevalensinya 1:37 pada anak laki-laki, sementara 1:151 untuk anak perempuan. Dengan jumlah penduduk di Indonesia sebanyak 237,5 juta, diperkirakan sebanyak 4 juta orang menderita autisme.

Tingginya angka penderita autisme di Indonesia, tentu tidak dapat dipungkiri lagi. Bahkan, beberapa kasus anak autisme juga menyerang dan terjadi di keluarga selebriti tanah air.

Mari simak siapa saja selebriti dengan anaknya yang menderita autisme, sebagai informasi tambahan agar tetap waspada.

Baca: tanda-tanda autisme pada anak

Anak Selebriti Yang Mengidap Autisme

Pertama, yaitu Sigra Umar Narada, putra dari penyanyi Anji dan Wina Natalia ini menderita Autism Spectrum Disorder (ASD) level satu.

Dimana gejala yang dialami adalah kesulitan berbicara (belum bisa bicara) walaupun telah menginjak usia 2,5 tahun dan sering mengamuk.

Kedua, ada Dian Sastrowardoyo, ya bintang film satu ini mengakui bahwa anak yang bernama Shailendra Naryama Sastraguna Sutowo mengidap autisme.

Beragam tanda seperti jarang kontak fisik (mata) hingga lebih sering fokus pada hal yang dilakukan sendiri terlihat pada anak sulungnya itu. Beruntungnya, melalui terapi okupasi, perilaku, dan wicara yang dilakukan, sang anak telah dinyatakan lebih baik kondisinya.

Terakhir, yaitu anak dari Presenter dan host, Muhamad Farhan. Ya, anak sulungnya yang bernama Ridzky Khalid, didiagnosis mengidap autisme sejak berusia 18 bulan.

Telah menjalani terapi seperti behavior intervention, kognitif, sensori integrasi, hingga okupasi, namun sayangnya akhir 2015, sang anak menghembuskan nafas terakhir.

Itulah beberapa kisah anak selebriti Indonesia yang mengidap autisme. Bisa dilihat bahwa dari ketiga anak tersebut telah mengalami autisme sejak dini yaitu mulai dari usia satu tahun keatas.

Selain itu, kepekaan para orang tua dalam melihat gejala membuat autisme yang menimpa sang anak cepat terdeteksi.

Nah, selain melihat gejala, beberapa tanda dibawah ini juga bisa menjadi panduan dalam mendeteksi dini dan melatih fokus anak autis.

Tanda-tanda Anak Mengidap Autisme

Berikut ini tanda-tanda anak mengidap autisme:

  1. Anak autisme cenderung tidak tertarik dengan anak atau kegiatan disekitarnya, dimana para anak ini lebih fokus pada kegiatan yang dilakukannya sendiri.
  2. Anak autisme tidak bereaksi ketika dipanggil atau diminta melihat ke satu arah tertentu.
  3. Anak autisme cenderung sulit meniru ucapan, ekspresi, hingga gerak-gerik orang-orang disekitarnya, misalnya ekspresi cemberut atau gerakan sederhana seperti  tepuk tangan.

Beragam gejala memang sekilas mirip, hal ini digunakan sebagai kunci utama dalam mendeteksi gangguan autism dan melatih fokus anak autis.

Tanda-tanda tersebut juga menjadi faktor kuat dibalik penyebab autism pada anak selain adanya masalah genetika (faktor keturunan).

Namun, dibalik itu semua, ternyata banyak juga faktor pendukung lainnya yang bisa menyebabkan anak mengidap autisme sejak dalam kandungan.

Penyebab dan Faktor Autisme Pada Anak

Penyebab autisme, faktor yang pertama adalah obat-obatan. Jika saat mengandung, si ibu sering mengonsumsi obat-obatan tertentu maka itu bisa menjadi faktor utama sang anak menderita autisme.

Obat-obatan tersebut antara lain obat anti kejang, obat anti mual sejenis Thalidomide, hingga minuman yang mengandung alkohol.

Faktor kedua yakni adanya komplikasi yang terjadi saat masa kehamilan. Bagi para ibu hamil yang menderita diabetes dan obesitas diharapkan lebih waspada karena resiko bayi mengidap autisme lebih tinggi.

Terakhir yang menjadi faktor anak autisme adalah perkembangan otak yang kurang stabil seperti anak-anak lainnya.

Dalam hal ini, ketidakseimbangan fungsi kerja otak dapat dilihat pada area serebal korteks, cerebellum, hingga neurotransmitter seperti dopamin.

Setelah menyelami informasi mengenai autisme mulai dari jenis dan gejala, apakah para orang tua yakin telah memahami apa itu autisme?

Faktanya, banyak orang tua belum memahami apa itu autisme bahkan mengklaim gejala yang dialami masuk dalam gangguan lain seperti ADHD.

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) memang sekilas mirip dengan autisme, namun ternyata memiliki perbedaan  signifikan jika diteliti lebih lanjut.

Gangguan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) dan Autisme sama-sama terjadi atau dimulai pada masa anak-anak diatas usia 1 tahun. Itulah yang menjadi awal muda pemikiran para orang tua bahwa kedua gangguan ini sama, padahal nyatanya tidak.

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) memiliki gejala yang kuat seperti gangguan perhatian dan hiperaktif yang dapat terlihat pada sikap anak. Yang menjadi pembeda khusus adalah anak yang menderita ADHD tidak memiliki gangguan atau kesulitan berbicara, tidak seperti anak autis.

Meskipun cenderung tidak fokus, penderita Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) lebih terbuka dan banyak bicara terhadap orang sekitar.

Sementara itu, anak yang menderita autisme memiliki keterbatasan dan keterlambatan bicara dan hanya fokus pada diri serta dunianya sendiri. Yang paling membedakan adalah anak autis memiliki minat yang terbatas dan mengalami gangguan sosial seperti menolak diajak bermain.

Perlu diketahui, jika orang tua melihat anak aktif namun sulit berbicara, sudah pasti masuk ke dalam kategori autisme bukan ADHD.

Tapi, para orang tua yang mengenali gejala si buah hati mengidap autisme, ingat langkah pertama adalah ke psikolog dan dokter.

Pastinya, dokter akan memberikan penyembuhan yang terbaik dalam melatih fokus anak autis melalui serangkaian proses, misalnya terapi. Beragam jenis terapi bisa dijalani tentu sesuai dengan gejala dan kebutuhan si anak.

Jenis-jenis Terapi untuk Anak Yang Mengidap Autisme

Melatih Fokus Anak Autis
melatih fokus anak autis – Sumber: klikdokter.com

Terapi bicara menjadi jenis terapi yang pertama untuk melatih fokus anak autis yang kesulitan berbicara baik secara verbal dan non-verbal. Melalui terapi ini, anak dilatih melakukan kontak mata, percakapan, memahami gerakan, hingga mengekspresikan diri.

Melatih fokus anak autis  yang kedua, yakni analisis perilaku terapan (ABA), dimana terapi ini fokus pada gangguan interaksi dan perilaku yang dialami oleh anak autisme.

Dalam terapi ini, si anak akan diberikan pelatihan khusus, komunikasi, keterampilan, perawatan pribadi, mendeskripsikan sesuatu, hingga merespon orang lain.

Selanjutnya, terapi okupasi, tentu ini menjadi terapi yang penting juga karena sebagian besar anak autisme mengalami keterlambatan perkembangan motorik halus.

Melatih fokus anak autis melalui terapi okupasi, sang anak dilatih untuk melakukan aktivitas yang menggunakan otot-otot halus seperti memegang sendok dan garpu dengan benar. Terakhir, ada hippotheraphy, yakni sejenis terapi dengan menunggangi kuda yang tentu didampingi oleh terapis.

Melatih fokus anak autis dengan terapi jenis ini membuat anak autisme lebih bereaksi dan berekspresi, dapat meningkatkan keterampilan serta kemampuan bicaranya.

Tentunya masih banyak jenis terapi untuk melatih anak autis yang dapat dipilih para orang tua untuk melatih fokus anak autis dan perkembangan dirinya. Namun, ada juga beberapa cara mudah lainnya yang bisa ditiru dan dilatih selama dirumah.

Cara-cara tersebut antara lain melatih dengan bunyi-bunyian dari benda apapun, memberikan reward, hingga selalu memanggil nama anak dengan namanya sendiri. Melalui cara-cara itu, perlahan anak autisme dapat lebih fokus dan tentu jika diulangi secara rutin, akan berdampak pada tingkat konsentrasinya.

Selain Terapi, ini Jenis Mainan Untuk Melatih Fokus Anak Autis

Memang permasalahan utama yang dialami anak autisme adalah kurangnya fokus atau konsentrasi pada dunia luar atau lingkungan sekitarnya. Itulah yang membuat anak autis lebih sering sendiri dan tak bisa mengikuti arahan dari orang lain, bahkan orang tuanya sekalipun.

Nah, terapi dan cara-cara yang telah dibahas bisa diterapkan dan dilakukan untuk melatih fokus anak autis dan perkembangan dirinya. Namun, selain cara diatas para orang tua juga bisa menggunakan beragam mainan untuk membantu melatih fokus anak autis dan perkembangannya.

Kira-kira apa saja jenis mainan untuk melatih fokus anak autis? Yuk simak bersama!

Puzzle

Permainan ini dipilih untuk mengasah kemampuan otak anak, bermain puzzle juga dapat melatih fungsi kognitif dan motorik halusnya.

Lego

Permainan ini dapat mengembangkan kreativitas anak autis, selain itu juga meningkatkan konsentrasi serta melatih keseimbangan tangan dan matanya.

Boneka

Bermain boneka bagi anak autis ternyata dapat memberikan input sensorik untuk menenangkan dan memfokuskan tubuh serta pikiran si anak.

Itulah beberapa jenis mainan yang juga bisa membantu para orang tua melatih fokus anak autis dan perkembangan diri anak autis dirumah. Namun perlu diingat, pelatihan dan terapi yang dilakukan juga harus diimbangi dengan asupan makanan dengan gizi yang cukup.

Beragam zat gizi seperti asam folat (vitamin B9), magnesium, zinc, glutation, serta tiamin (vitamin B1) sangat dibutuhkan anak autisme.

Zat gizi tersebut dapat diberikan pada anak autis melalui sayur-sayuran, buah, daging merah dan daging ayam, serta kacang-kacangan.

Tentunya yang paling penting dari semuanya adalah waktu dan perhatian orang tua dalam proses melatih fokus anak autis dan penyembuhannya. Ingat bahwa anak dengan autisme bukanlah aib, tapi justru hadiah spesial yang diberikan Tuhan untuk para orang tua.

Editted: 18/06/2021 by IDNarmadi.

Ditulis Oleh: Sakinatul Muhimmah

Love to write and sing, Love to be a good person.

Tinggalkan komentar