Menghitung Kebutuhan Kalori Pekerja: SNI 7269:2009

Kebutuhan kalori pekerja adalah hal yang penting untuk diperhatikan bagi seluruh pemangku kepentingan dan bagi siapa saja yang peduli akan hal ini. Kebutuhan utama ini berkaitan dengan asupan ideal pangan si pekerja untuk dapat menanggung dan menyelesaikan beban kerja sehari-hari.

Nantinya, kebutuhan ini dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan pemangku kepentingan seperti pemerintah, pemilik usaha, manajer perusahaan, pengelola Sumber Daya Manusia, serikat pekerja, asosiasi profesi dan lain sebagainya.

Sebagai salah satu faktor kesejahteraan pekerja, kebutuhan lainnya yang perlu dipenuhi seperti intensitas cahaya di tempat kerja; Sisi ergonomis tempat kerja; Tingkat bising pekerjaan; Iklim kerja panas; Nilai ambang batas iklim kerja dan lainnya juga tidak kalah penting. Aspek-aspek lain akan dibahas di lain kesempatan. Namun, sebelum itu perlu kita mengerti terlebih dahulu tentang kalori.

Apa itu kalori ?

Cara menghitung kebutuhan kalori pekerja berdasarkan SNI 7269:2009
Cara menghitung kebutuhan kalori pekerja berdasarkan SNI 7269:2009

Kalori adalah satuan unit energi atau kandungan panas, yang sering disebut juga sejumlah energi, didapat dari makanan atau minuman. Satuan ini dapat dikonversi menjadi energi yang dipergunakan tubuh untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari. Itu berarti bahwa pangan yang mengandung zat gizi tertentu dapat dikonversi menjadi energi guna menjalankan fungsi tubuh manusia dengan baik.

Kendati demikian, dalam pengertian yang luas, apapun yang memancarkan energi dan membutuhkannya memiliki satuan energi, bukan semata makanan dan minuman.

Sesuai namanya, calorie yang berasal dari Perancis, merupakan serapan dari Latin, calor yang berarti panas. Energi biasanya ditandai dengan kemunculan panas atau konversi menuju panas.

Sebagai sebuah satuan dapat dijelaskan sebagai panas yang dibutuhkan untuk menaikan 1°C untuk 1 gram air. Tetapi untuk mengukur makanan yang dapat menghasilkan energi dijelaskan sebagai panas yang dibutuhkan untuk meningkatkan 1°C untuk 1 kilogram air.

Definisi antara pangan dan fenomena fisika terkait energi membuat kebingungan para ilmuwan. Sehingga di tahun 1950 disepakati bahwa menggunakan satuan joule untuk menjelaskan dan memformulasikan fenomena fisika.

Jenis Kalori

Satuan dalam kalori terbagi atas dua macam, yakni jenis kalori kecil dan besar. Keduanya dibedakan atas satuan masing-masing, seperti kalori keci yang diwakilkan dengan kal, dan kalori besar ditandai kkal atau kilo kalori. Maka dapat dikatakan bahwa 1 kalori besar sama dengan 1.000 kalori kecil.

Semisal di sebuah kemasan pangan tertera label satuan kalori, yang biasanya menggunakan kkal. Apabila disitu tercantum 250 kkal, maka pangan tersebut mengandung 250.000 kal.

Berbeda dengan dua jenis kalori sebelumnya, ada pula yang disebut kalori kosong. Satuan ini berasal dari kandungan lemak padat dan gula tambahan dalam produk pangan.

Jenis ini ditandai dengan nilai gizi yang kecil; tidak memiliki serat, asam amino, antioksidan, vitamin, atau mineral lain yang dibutuhkan.

Meski demikian, jenis ini seringkali dikonsumsi karena memiliki rasa yang lezat. Konsumsi dalam jumlah besar satuan energi ini dapat menyebabkan kegemukan atau obesitas.

Nilai ‘kosong’ sangat dihindari bagi mereka-mereka yang sedang menjalani diet ataupun sekadar peduli terhadap kesehatan terkait asupan pangan.

Sumber Kalori

Jenis yang telah disebutkan sebelumnya, secara garis besar bisa diperoleh dari sumber kalori yang terdiri dari :

  • Protein hewani, seperti daging segar, ayam, salmon, atau ikan-ikanan;
  • Karbohidrat, seperti kentang, nasi, roti, sorgum;
  • Lemak sehat, termasuk kacang-kacangan, zaitun, alpukat, dan keju.

Efek Kelebihan dan Kekurangan Kalori

Meskipun makanan dapat menghasilkan energi penting, namun konsumsi yang berlebihan dapat menyebabkan peningkatan bobot tubuh. Hal ini dimungkinkan karena sumber energi yang berlebihan tersebut tersimpan sebagai lemak dalam tubuh. Kelebihan atasnya justru dapat memicu masalah kesehatan berupa diabetes tipe 2, obesitas, penyakit jantung, sirosis hati, dan nyeri sendi.

Sedangkan efek kekurangan kalori dapat menghambat aktivitas sehari-hari yang diakibatkan ketiadaan energi. Kekurangan ini juga dapat memicu gangguan pencernaan, batu empedu, pernapasan, kinerja otak, hingga metabolisme saat beristirahat.

SNI 7629:2009

Beban kerja adalah bobot yang harus ditanggung oleh setiap tenaga kerja sebagai konsekuensi atas pekerjaan yang diterimanya. Bobot tersebut berpengaruh secara dominan terhadap kinerja sumber daya manusia dan dapat menimbulkan efek negatif apabila tidak ditangani dengan baik.

Pangan dalam hal ini yang dapat dikonversi menjadi energi merupakan kebutuhan bagi pekerja dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari. Kebutuhan atas hal ini perlu ada sebuah acuan yang berlaku secara nasional.

Pemerintah Indonesia melalui Badan Standardisasi Nasional (BSN) menetapkan Standar Nasional Indonesia dalam menentukan kebutuhan kalori pekerja berdasarkan beban kerja yang ditanggung. Adalah SNI 7269:2009 sebagai “penilaian beban kerja berdasarkan tingkat kebutuhan kalori menurut pengeluaran energi”. Meski belum termasuk SNI wajib, namun acuan ini dapat berguna bagi siapa saja yang hendak memperhitungkan kebutuhan kalori ketika bekerja.

Standar ini menilai beban kerja berdasar tingkat kebutuhan kalori menurut pengeluaran energi yang menetapkan prinsip, peralatan, dan prosedur kerja penilaian; pengukuran berat badan; pengamatan aktivitas tenaga kerja; dan penghitungan beban kerja.

Cara Menghitung Kebutuhan Kalori Pekerja

Untuk menghitung kebutuhan kalori pekerja, seseorang terlebih dahulu menilai beban kerja. Penilaian tersebut dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mengukur berat badan, mengamati aktivitas, dan menghitung kebutuhan kalori berdasarkan pengeluran energi. Untuk itu dibutuhkan pula peralatan seperti penghitung waktu atau stop watch dan timbangan berat badan.

Tabel perkiraan beban kerja berdasarkan kebutuhan kalori pekerja berdasarkan SNI 7269:2009
Kebutuhan kalori pekerja

Setelah data bobot pekerja didapatkan, amati setiap aktivitas tenaga kerja sekurang-kurangnya 4 jam kerja dalam satu hari yang diambil dari rerata setiap jam. Pengamatan aktivitas terutama berkaitan dengan kategori jenis pekerjaan dan posisi badan.

Catat waktu dengan bantuan stopwatch untuk setiap rangkaian kategori jenis kerja dan posisi badan. Setelah itu hitung atau jumlahkan dari pencatatan penilaian yang berdasarkan pada tabel “perkiraan beban kerja menurut kebutuhan energi”. Rumus dari perhitungan sebagai berikut :

Rumus perhitungan kebutuhan kalori pekerja berdasarkan SNI 7269:2009
Kebutuhan kalori pekerja – Rumus Beban Kerja Berdasarkan Kebutuhan Energi. Sumber BSN

Sebagai simulasi, seorang tenaga kerja laki-laki umur 34 tahun dengan berat badan 75 kg, melakukan pekerjaan menempa besi diposisi berdiri selama 30 menit; duduk mengemas barang selama 10 menit; berjalan membawa besi dengan bobot 5 kg selama 7 menit; dan memindahkan barang seberat 3 kg dipermukaan yang mendaki selama 10 menit.

Maka dari rangkaian kegiatan ini, kebutuhan kalori menurut pengeluaran energi dari aktivitas tenaga kerja dapat dijabarkan dan dihitung sebagai berikut :

1. Pekerjaan menempa besi yang dilakukan dengan dua lengan dan dilakukan berdiri masuk dalam no 3 kategori II, posisi badan 2;

2. Pekerjaan membawa beban 5 kg dilakukan satu lengan sambil berjalan masuk pada no 2 kategori II, posisi badan 3;

3. Pekerjaan mengemas barang dilakukan dengan dua lengan diposisi duduk masuk no 3 kategori I, posisi badan 1;

4. Pekerjaan pemindahan barang dilakukan dengan gerakan badan, dilakukan dengan mendaki masuk pada no 4 kategori II dengan posisi badan 4

Cara menghitung kebutuhan kalori pekerja berdasarkan SNI 7269:2009
Kebutuhan kalori pekerja – Perhitungan Beban Kerja Berdasarkan Kebutuhan Energi. Sumber BSN

Metabolisme basal adalah energi minimal yang dibutuhkan guna mempertahankan proses-proses hidup dasar dalam satuan kalori per satuan waktu.

Dari perhitungan di atas, dapat disimpulkan bobot kerja dari tiap-tiap pekerjaan dapat dikategorikan menjadi tiga, yakni :

1. Kerja ringan untuk pekerjaan yang membutuhkan kalori sebesar 100 kkal – 200 kkal perjam

2. Kerja sedang untuk pekerjaan dengan kalori sebesar 200 kkal – 350 kkal perjam

3. Kerja berat yang membutuhkan pengeluaran energi lebih besar dari 350 kkal – 500 kkal per jam.

Penutup – Kesimpulan

Guna menyelesaikan sebuah pekerjaan, seorang pekerja membutuhkan energi yang diperoleh lewat makanan dan minuman. Kalori sebagai satuan dari energi yang diperoleh dari makanan perlu dihitung jumlahnya. Mengingat kelebihan dan kekurangan atasnya dapat mengakibatkan gangguan terhadap pekerja, baik dalam jangka pendek maupun panjang.

Kebutuhan atas kalori yang sejatinya merupakan bagian atas kesejahteraan pekerja telah dibuatkan acuan oleh BSN melalui SNI 7629:2009. Standar ini memberikan pedoman untuk menghitung kebutuhan kalori pekerja berdasarkan beban kerja yang diukur berdasarkan parameter-parameter tertentu serta durasinya.

Standar ini hanya memperhitungkan keadaan pekerja dari segi bobot, namun tidak melibatkan umur sebagai faktor yang dimasukan dalam perhitungan.

Disamping itu, perhitungan kalori harus disandingkan dengan kebutuhan lain agar lebih komprehensif, seperti gizi atau vitamin misalnya. Terutama diperuntukan bagi jenis-jenis pekerjaan yang memusatkan kerja pikiran ketimbang fisik belaka.

Perhitungan atas kebutuhan kalori pekerja sebaiknya juga melibatkan tenaga ahli yang berpengalaman dan berpengetahuan dalam pengukuran. Sebab, pengukuran atas kalori hanya bisa diterapkan untuk pekerjaan yang bersifat repetitif. Adapun untuk pekerjaan yang variatif berdurasi beragam disuatu waktu ke waktu lainnya akan cukup sulit.

Editted by UN.

Tinggalkan komentar