Penyakit difteri kembali menjadi momok menakutkan bagi para orang tua. Difteri dianggap lebih mudah menyerang anak-anak dibanding orang dewasa.
Difteri pada anak umumnya terjadi pada mereka yang tidak memiliki gizi yang baik. Selain itu, anak hidup di lingkungan kotor, dan tidak memiliki riwayat imunisasi yang lengkap.
Difteri sendiri merupakan suatu infeksi oleh bakteri Corynebacterium Diphtheria. Bakteri ini menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan, serta dapat juga memengaruhi kulit. Penyakit ini sangat menular dan termasuk infeksi serius yang berpotensi mengancam jiwa.
Difteri pada anak perlu segera diobati karena penyakit ini sangat cepat menular melalui kontak fisik. Untuk itu, sebelumnya sangatlah penting bagi para orang tua untuk menyadari gejala-gejala difteri serta cara pencegahannya.
Gejala-gejala Penyakit Difteri pada Anak
Berikut gejala anak yang terkena penyakit difteri :
1. Mengalami Flu Secara Tiba-Tiba
Gejala difteri pada umumnya muncul setelah 2-5 hari setelah terinfeksi. Sebagian penderita dapat tidak mengalami gejala apapun namun sebagian lagi bisa mengalami gejala ringan semacam flu.
Flu yang biasa dialami sebagai gejala adalah flu demam. Pada anak, gejala ini akan jelas terlihat dibarengi tanda-tanda umum yang biasanya ditemukan saat anak Terkena demam yang disertai flu.
Tetapi didalam konteks penyakit difteri pada anak, orang tua dianjurkan untuk lebih cekatan dalam memperhatikan buah hati apabila muncul gejala.
Seperti flu secara tiba-tiba atau tanpa sebab jelas sebelumnya. Dikhawatirkan apabila hal tersebut adalah gejala awal yang ringan terhadap munculnya penyakit difteri pada anak.
2. Adanya Gangguan Pernapasan
Difteri pada anak bisa ditandai adanya gangguan pernafasan. Gejala bisa terjadi oleh karena sel mati yang disebabkan toksin bakteri difteri membentuk membran abu-abu yang menghambat pernapasan anak.
Hal ini akan berpotensi memicu peradangan paru-paru dan gagal pernapasan pada anak. Untuk itu, apabila merasa si kecil mengalami gangguan atau masalah pada pernapasan yang begitu komplikasi, orang tua disarankan untuk segera ke dokter.
3. Sakit Tenggorokan yang Disertai Suara Serak
Tanda-tanda difteri pada anak juga bisa diawali dengan sakit tenggorokan yang disertai suara serak. Gejala seperti sakit pada tenggorokan sampai dengan suara menjadi serak merupakan gejala yang paling umum dialami anak yang terkena difteri.
Selaput lendir dari sel-sel mati yang disebabkan oleh bakteri akan dikelilingi oleh lingkaran merah. Lingkaran ini muncul akibat peradangan pada salah satu atau kedua amandel.
Hal tersebut berdampak signifikan terhadap aktivitas tenggorokan anak sehingga membuatnya menjadi sakit dan suaranya serak. Gejala ini bisa diamati karena akan muncul selaput berwarna putih didekat kerongkongan yang kemudian akan mengakibatkan peradangan.
4. Hidung Berlendir
Selain pada tenggorokan, anak yang terjangkit virus difteri juga akan mengeluarkan lendir melalui hidung. Gejala yang satu ini amat perlu diperhatikan karena lama-kelamaan, lendir yang keluar akan menjadi semakin kental dan bercampur dengan darah.
Hal tersebut tentu cukup menyeramkan. Para orang tua dianjurkan untuk selalu memperhatikan buah hati yang secara tiba-tiba mengalami hidung meler.
Bahkan dengan frekuensi tinggi sering mengeluarkan lendir melalui hidungnya. Bisa jadi itu adalah tanda-tanda anak terjangkit virus difteri. Itulah salah satu tanda difteri pada anak.
5. Kulit Terlihat Lebih Pucat
Umumnya, anak yang terkena difteri akan memiliki kulit yang lebih pucat dari biasanya. Hal itu dikarenakan virus difteri yang secara terus-menerus memproduksi selaput lendir yang tersusun atas leukosit, bakteri, pecahan sel, dan fibrin. Komponen-komponen itu kemudian akan melekat didasar jaringan tubuh, termasuk salah satunya kulit.
Kulit pucat yang dialami anak bisa beragam. Misal hanya terjadi pada area tertentu seperti wajah, telapak tangan dan kaki, perut, serta punggung.
Namun hal tersebut pastilah cukup mengkhawatirkan apabila melihat si kecil tiba-tiba mengalami pucat. Untuk itu, lakukanlah kontak segera dengan dokter terdekat dalam upaya pencegahan difteri.
6. Meningkatnya Detak Jantung
Gejala ini terjadi karena komplikasi yang dapat disebabkan oleh bakteri penyebab difteri. Komplikasi yang disebabkan difteri sangatlah berbahaya, termasuk peradangan pada otot dan katup jantung, serta irama jantung. Gejala tersebut menyebabkan detak jantung anak menjadi hebat atau meningkat.
Selain itu, gejala seperti ini sangatlah berbahaya karena bisa juga menyebabkan saluran pernapasan tertutup oleh selaput lendir di tenggorokan yang kemudian dapat mengancam nyawa. Untuk itu, bila si kecil mengalami peningkatan detak jantung yang disertai susah bernapas, segera bawa ke rumah sakit .
7. Pembesaran Kelenjar Getah Bening di Leher
Ketika terserang virus difteri, si kecil akan mengalami pembesaran kelenjar getah bening yang terdapat di area leher bagian samping.
Munculnya bengkak tersebut disebabkan secara alami oleh bakteri yang menyerang tubuh. Ketika virus menginfeksi, kelenjar getah bening akan langsung merespon dengan mengeluarkan cairan pelumas sehingga membuatnya menjadi bengkak.
Kondisi tersebut juga bisa diamati dengan mudah. Bisa dilihat apabila anak mengalami pembengakakan atau pembesaran kelenjar getah bening. Kelenjar getah bening menjadi sebesar biji kacang dan juga terasa sedikit sakit apabila ditekan perlahan.
Cara Pencegahan Penyakit Difteri pada Anak
Setelah mengetahui gejala-gejala umum yang terjadi pada anak yang terserang virus difteri, penting juga bagi para orang tua untuk mengetahui bagaimana cara pencegahan penyakit mematikan tersebut. Berikut adalah langkah-langkah yang bisa diambil dalam upaya pencegahan penyakit difteri pada anak :
Lakukan Vaksinasi pada Anak Sejak Dini
Pencegahan yang pertama kali bisa ditempuh para orang tua untuk mencegah anaknya terjangkit virus difteri adalah dengan melakukan vaksin difteri.
Vaksin ini juga biasanya disebut vaksin DPT atau Vaksin Difteri, Pertusi, dan Tetanus. Vaksin DPT biasanya akan diberikan 5 kali pada anak usia 2-6 tahun
Namun perlu diketahui bahwa vaksin difteri tersebut hanya akan bertahan selama 10 tahun. Jadi, anak perlu divaksin kembali setelah masa berlaku vaksin tersebut habis. Hal ini amat disarankan bagi para orang tua untuk membawanya buah hati melakukan vaksin guna mencegah virus difteri. Anak sudah bisa mulai divaksin mulai dari usia 2 bulan.
Meski sebagian anak memiliki toleransi yang baik terhadap vaksin difteri. Akan tetapi terkadang vaksin ini dapat menyebabkan efek samping ringan seperti kulit kemerahan, nyeri pada area yang disuntik, serta demam. Walaupun jarang, namun ada juga komplikasi berat yang pernah terjadi, yaitu reaksi alergi.
Namun hal tersebut jangan sampai membuat anak tidak divaksin sama sekali, karena itu akan sangat berdampak pada kesehatannya nanti. Apabila virus difteri menyerang, dikhawatirkan imunitas anak yang belum pernah divaksin DPT tidak dapat menanggung sehingga beresiko terjangkit virus difteri.
Berilah Asupan yang Bergizi untuk Pertumbuhan Anak
Pencegahan ini harus dilakukan dengan cerdik oleh para orang tua. Agar sang anak terhindar dari bayang-bayang virus difteri, penting juga untuk memperhatikan asupan makanan untuk si kecil setiap harinya. Faktor makanan cukup penting karena apabila si anak diberikan asupan yang bergizi maka kekebalan tubuhnya akan meningkat.
Para orang tua disarankan untuk selalu memberikan asupan terbaik, seperti buah-buahan, sayur-sayuran, susu, dan penambahan vitamin untuk anak sesuai dengan yang dibutuhkan.
Jangan biarkan anak terbiasa dengan makanan yang tidak sehat atau tidak memenuhi gizi. Hal tersebut berkaitan erat dengan sistem imun tubuh yang akan bereaksi dengan virus apapun yang menyerang si kecil di kemudian hari.
Selalu Menjaga Kesehatan dan Kebersihan Lingkungan Sekitar
Faktor Lingkungan juga cukup penting dan sangatlah berpengaruh. Interaksi anak dengan lingkungan sekitar pasti akan memberikan dampak bagi kesehatan si anak kedepannya. Untuk itu, sangat dianjurkan bagi orang tua untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan sekitar agar kesehatan anak tidak terganggu.
Kesehatan buah hati merupakan hal yang sangat penting bagi Ibu. Oleh sebab itu, Ibu melakukan apapun untuk menjaga anak supaya terhindar dari virus dan bakteri berbahaya seperti difteri.
Difteri bisa dicegah dengan melakukan vaksin sejak dini dan memberikan gizi yang baik. Tidak hanya itu, lingkungan yang sehat dan bersih merupakan salah satu faktor pencegah difteri juga. – Editted: 15/06/2021 by IDNarmadi.